Kadang penampilan yang low profile itu amat diperlukan kalau kita secara kebetulan berada di tengah keramaian atau berjalan sendiri yang jauh dari ingar-bingar gemerlapnya kota.Â
Bila perlu boleh saja macak (berdandan) bak seorang preman yang ditakuti. Tidak perlu malu dan gengsi yang penting pada kenyataannya tidak melanggar norma hukum, agama dan kesusilaan yang berlaku di negara tercinta ini.Â
Meski kita membawa cukup uang, kartu kredit, kartu ATM, traveler cek, berbagai surat berharga lainnya, smartphone mahal dalam satu dompet atau tas khusus, tak ada salahnya bila kemudian dipindahkan saja ke tas pinggang yang selanjutnya ditutupi kemeja atau kain hijab yang lebar (syar'i).Â
Cantolkan tali tas yang dibawa pada pundak sebelah kanan, kiri atau secara diagonal bila talinya agak panjang dan pegang lebih erat lagi.Â
Hal itu untuk mengantisipasi jatuhnya dompet dengan sendirinya atau upaya proteksi sederhana agar tangan pencopet tidak begitu leluasa menggerayangi lubang saku kita.Â
Penempatan peniti besar sebagai penjepit lubang saku kadang menjadi preseden buruk bagi para pencopet itu sendiri. Bukan tidak mungkin mereka malah curiga dan mengira dalam saku yang dijepit dengan peniti besar itu berisi uang banyak dan barang berharga lainnya.Â
Untuk itu kalau bepergian jarak jauh dengan alat transportasi berupa bus atau kereta api yang memungkinkan untuk tertidur lelap, tak ada salahnya meletakkan atau memindahkan dompet berisi uang banyak dan surat-surat penting lainnya ke dalam saku dalam. Â
Kenakan saja celana pendek lengkap dengan lubang sakunya untuk bagian dalam. Baru kemudian pakai celana utama (panjang). Taruh uang secukupnya untuk keperluan sekedarnya dalam saku celana luar (utama) baru kemudian diproteksi dengan jepitan peniti besar. Â
Ada juga sih orang-orang tertentu yang menyimpan dompet berisi uang dalam saku celana (pendek/panjang) yang mana lubang sakunya dipasangi resleting, lengkap dengan kunci dan gembok kecil pula.Â