Tugas panitia kecil ini merumuskan kembali dasar negara yang di dalamnya, dimuat lima sila yang berbunyi : Sila pertama berbunyi : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Â
Sila kedua berbunyi : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Adapun sila ketiga bunyinya : Persatuan Indonesia.Â
Sila keempat yaitu : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan. Serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan bunyi sila kelima.Â
Rancangan dasar negara dan preambule (pembukaan UUD 45) yang dikenal sebagai Piagam Jakarta itu selanjutnya disetujui pada tanggal 22 Juni 1945. Bung Karno membacakannya kembali tanggal 10 Juli 1945 pada sidang kedua BPUPKI.Â
Perdebatan seputar rumusan dasar negara masih terus berlanjut sampai pada akhirnya BPUPKI dibubarkan. Kemudian dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau istilah Jepangnya Dokuritsu Junbi Inkai.Â
PPKI dilantik tanggal 9 Agustus 1945 di Saigon. beranggotakan 21 orang yang mencerminkan perwakilan dari berbagai wilayah di tanah air (bekas Hindia-Belanda). Kemudian anggotanya ditambah 6 orang lagi.Â
Dalam sidang PPKI, Bung Hatta mencoba merumuskan kembali hasil kompromi para anggota dan sepakat menyempurnakan (mengganti) bunyi sila pertama pancasila menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.Â
Tanggal 1 Juni 1945, saat Bung Karno berpidato mengemukakan rumusan dasar negara di depan para anggota BPUPKI, tanggal itu ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila.Â
Cuplikan pidato Bung Karno di depan anggota BPUPKIÂ
"Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini balatentara Dai Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menitpun kita tidak akan menolak, sekarangpun kita menerima urusan itu, sekarangpun kita mulai dengan negara Indonesia yang Merdeka! (tepuk tangan menggemparkan).Â
Tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, masak untuk merdeka. (tepuk tangan riuh).Â