Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Duh Asyiknya Bermain Layang-layang

29 Mei 2021   22:07 Diperbarui: 29 Mei 2021   22:19 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beragam jenis Layang-layang (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Bentuk dan ukuran layang-layang sangat bervariasi. Secara umum layang-layang terbagi dalam dua bentuk, yaitu : dua dimensi dan tiga dimensi. 

Bentuk layang-layang dua dimensi memiliki rangka datar. Sementara untuk layang-layang tiga dimensi memiliki rangka sesuai dengan bentuk kreasi yang ingin ditampilkan. 

Meski sejak tiga ribu tahun yang lalu layang-layang sudah populer di China namun layang-layang yang tertua di dunia kabarnya nih justru berasal dari Indonesia, tepatnya dari Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. 

Layang-layang dua dimensi tapi berukuran besar (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Layang-layang dua dimensi tapi berukuran besar (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Layang-layang dari Muna itu sudah ada sejak zaman purba dan dibuat dari daun kolope. Masyarakat di sana menyebutnya sebagai kaghati kolope. 

Untuk menyaksikan bukti keberadaan layang-layang purba bisa dilihat di dinding Goa Sugi Patani, Desa Liang Kabori, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. 

Masyarakat purba kala itu melukiskan layang-layang menggunakan darah hewan dan getah tumbuhan berwarna merah kecoklatan. Gambar layang-layang yang tergores di permukaan dinding goa merupakan simbol pencarian Tuhan (dewa).  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun