Harga sepincuk pecel Semanggi Suroboyo cukup terjangkau, hanya tujuh ribu rupiah. Tapi saya pernah beli pecel semanggi di daerah lain, harganya berkisar antara sepuluh hingga dua belas ribu rupiah perpincuknya.Â
Lontong Balap WonokromoÂ
Selain Semanggi Suroboyo sebagai kuliner khas Surabaya, ternyata Surabaya juga dikenal sebagai gudangnya "lontong" jiahahaha.Â
Ada banyak kuliner yang menggunakan tambahan lontong yang bisa dengan mudahnya kita temukan di Kota Surabaya.Â
Mulai dari lontong mie, lontong sayur, lontong Cap Go Meh, tahu lontong (tahu tek-tek), lontong pecel, lontong kikil, lontong kupang dan lontong balap.Â
Sebagian kuliner berbahan lontong yang saya sebutkan di atas, ada beberapa yang bukan kuliner khas (asli) Surabaya tapi sebagian lagi memang disebut-sebut sebagai makanan kebangsaan warga Surabaya.Â
Dua diantaranya : lontong kupang dan lontong balap. "Hla..iyo pah, piye cerita ne kok diarani lontong balap iku" (lah..iya pah, bagaimana awal ceritanya kok dinamakan lontong balap itu) tanya putri semata wayang kami saat sedang asyik menikmati Lontong Balap Wonokromo yang penjualnya biasa mangkal tak jauh dari rumah tinggal kami.Â
Para penjual lontong balap menurut ceritanya, dulu berasal dari kawasan Kutisari dan Kendangsari (Rungkut) Surabaya. Sekitar lima (5) kilometer dari lokasi Pasar Wonokromo Surabaya (sekarang bernama Darmo Trade Centre).Â
Mengingat wadah (bejana) yang digunakan untuk memasak sayur kecambah menggunakan bahan dari tanah liat (kemaron) sehingga terasa berat serta kala itu dijajakan dengan dipikul.Â
Sang penjualnya memikul kemaron yang cukup berat di pundak, sambil berlomba-lomba berebut pembeli yang kemudian mangkal di Pasar Wonokromo Surabaya.Â