Hidup ini adalah misteri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Kita semua tentu tidak mengira kalau nasib (keadaan) kita bakal seperti ini jadinya, karena memang hidup ini adalah sebuah angan, impian atau bahkan asa (harapan) yang tak pasti, yang harus diraba-raba (diperjuangkan) agar hidup ini menjadi pasti.Â
Hidup ini berkelanjutan, karena kita hidup bukan hanya di dunia yang fana ini melainkan akan menjalani kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang kekal dan abadi yaitu kehidupan di alam akhirat.Â
Di bulan Ramadan ini, bulan suci penuh hikmah, berkah, rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka (janji Allah) yang dinantikan sekaligus dirindukan oleh setiap umat Islam menjadi momentum yang tepat untuk mengevaluasi kembali sejauh mana sepak terjang kita yang selama ini cenderung salah, berlumur noda dan dosa itu.Â
Berbuka dengan makanan sederhana tapi menyehatkanÂ
Menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan sebenarnya tidak hanya melatih ahlak dan perbuatan kita untuk menahan (mengendalikan) diri dari haus dan lapar serta semua hal yang membatalkan puasa saja namun lebih dari itu kita sangat dianjurkan untuk menerapkan pola hidup sederhana.Â
Pola hidup sederhana yang dimaksud ialah pola hidup seperti yang diajarkan oleh junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai teladan umat manusia.Â
Gambaran sederhananya, ketika kita hendak berbuka puasa tak jarang yang terlintas di benak kita ialah menyiapkan menu makanan berbuka puasa yang sebagus (seenak) mungkin dan untuk itu membutuhkan biaya pengeluaran yang tak sedikit.Â
Kalau sudah seperti itu, kita enggak jadi menerapkan pola hidup sederhana seperti yang diajarkan Rasulullah SAW tapi malah kebablasan dan menjadi boros.Â
Menu berbuka puasa harusnya memang yang menyehatkan dan bergizi agar stamina dan kondisi kesehatan tubuh kita tetap terjaga terutama di masa pandemi seperti sekarang ini sehingga puasa yang kita jalankan menjadi sempurna sebulan penuh.Â
Namun untuk mencapai hal itu tidak harus dengan berburu makanan buka puasa secara berlebihan dan mahal.Â
Mendingan sisa uang yang ada ditabung saja untuk berbagai keperluan (kebaikan) lainnya di masa mendatang karena kita tidak tahu seperti apa perjalanan hidup kita selanjutnya. Bukankah hidup ini sebuah misteri.Â
Kadang muncul biaya-biaya (pengeluaran) tak terduga yang jumlahnya lumayan fantastis seperti anak perlu laptop atau keperluan kuliah lainnya dan hal itu memerlukan dukungan finansial (dana) yang tak sedikit maka kebiasaan menabung perlu ditanamkan.Â
Berbelanja sebatas kemampuanÂ
Angan manusia cenderung selangit dan muluk-muluk. Sudah menjadi watak manusia ingin beli ini beli itu, memborong beragam kebutuhan secara berlebihan (serakah), tak sadar bahwa uang (dana) yang ada tidak mencukupi untuk menggapai hasratnya itu.Â
Di sini gunanya berpuasa, sebagai ajang melatih diri mengelola (membelanjakan) uang untuk berbagai kebutuhan secara tepat.Â
Membeli barang-barang kebutuhan hendaknya disesuaikan dengan income (penghasilan) yang diperoleh. Jangan sampai besar pasak daripada tiang.Â
Tetap bisa berbagi meski hidup sederhanaÂ
Kebahagiaan atau kenyamanan hidup seseorang tak bisa diukur semata-mata dari jumlah uang (harta) yang dimiliki namun lebih ke soal hati dan ketentraman.Â
Seseorang bisa saja hidupnya merasa bahagia dan tentram meski secara materi tidak bergelimang harta dan bahkan terlihat pas-pasan.Â
Kita tak jarang menilai orang lain bisa hidup enak dan hepi, sebaliknya kita juga dinilai orang lain kok hidupnya bisa hepi dan enak. Begitulah filosofi Jawa yang dinamakan sawang-sinawang.Â
Ungkapan lengkapnya "urip iku mung sawang-sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang", artinya kurang lebih "hidup itu hanya tentang memandang dan dipandang, jadi jangan hanya memandang dari apa yang terlihat".Â
Tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bisa berbagi secara ihlas kepada sesama terutama di bulan suci Ramadan seperti sekarang ini meski kondisi ekonomi seseorang tergolong pas-pasan. Berbagi kan tidak harus menunggu kaya.Â
Berbagi dalam bentuk apapun seperti berinfak, bersedekah, mengeluarkan zakat baik fitrah maupun mal (harta) sangat dianjurkan dalam Islam untuk membersihkan harta dan diri ini dari sifat kikir serta sifat buruk lainnya.Â
Pola hidup sederhana tak hanya kita aktualisasikan di bulan Ramadan saja, di keseharian kita terutama di tengah merebaknya pandemi yang belum kunjung redah ini, pola hidup sederhana nampaknya menjadi kaca benggala yang amat berharga. Semoga.
Persoalan yang menyangkut soal keuangan dalam rumah tangga, sesederhana apapun bentuknya harus mempertimbangkan nilai-nilai kemashlahatan dunia dan akhirat. Bukankah hidup ini berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H