Kadang muncul biaya-biaya (pengeluaran) tak terduga yang jumlahnya lumayan fantastis seperti anak perlu laptop atau keperluan kuliah lainnya dan hal itu memerlukan dukungan finansial (dana) yang tak sedikit maka kebiasaan menabung perlu ditanamkan.Â
Berbelanja sebatas kemampuanÂ
Angan manusia cenderung selangit dan muluk-muluk. Sudah menjadi watak manusia ingin beli ini beli itu, memborong beragam kebutuhan secara berlebihan (serakah), tak sadar bahwa uang (dana) yang ada tidak mencukupi untuk menggapai hasratnya itu.Â
Di sini gunanya berpuasa, sebagai ajang melatih diri mengelola (membelanjakan) uang untuk berbagai kebutuhan secara tepat.Â
Membeli barang-barang kebutuhan hendaknya disesuaikan dengan income (penghasilan) yang diperoleh. Jangan sampai besar pasak daripada tiang.Â
Tetap bisa berbagi meski hidup sederhanaÂ
Kebahagiaan atau kenyamanan hidup seseorang tak bisa diukur semata-mata dari jumlah uang (harta) yang dimiliki namun lebih ke soal hati dan ketentraman.Â
Seseorang bisa saja hidupnya merasa bahagia dan tentram meski secara materi tidak bergelimang harta dan bahkan terlihat pas-pasan.Â
Kita tak jarang menilai orang lain bisa hidup enak dan hepi, sebaliknya kita juga dinilai orang lain kok hidupnya bisa hepi dan enak. Begitulah filosofi Jawa yang dinamakan sawang-sinawang.Â
Ungkapan lengkapnya "urip iku mung sawang-sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang", artinya kurang lebih "hidup itu hanya tentang memandang dan dipandang, jadi jangan hanya memandang dari apa yang terlihat".Â
Tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bisa berbagi secara ihlas kepada sesama terutama di bulan suci Ramadan seperti sekarang ini meski kondisi ekonomi seseorang tergolong pas-pasan. Berbagi kan tidak harus menunggu kaya.Â