Saya kurang tahu mulai kapan persisnya, sepertinya belakangan ini beberapa jenis hewan sering terlihat di sekitar rumah tinggal kita padahal dulunya nggak. Semoga dugaan saya tidak meleset ya.Â
Beberapa hewan itu antara lain sejenis siput berbelalai kayak bekicot tapi tak bercangkang, burung perkutut dan bunglon taman.Â
Mungkin sebagian dari Anda ada yang bertanya kok bisa? Jawaban sederhananya ya bisa saja. Yang menjadi musuh hewan-hewan tadi adalah manusia dan predator (pemangsa) nya.Â
Perkembangan populasinya yang pesat sehingga sering terlihat di sekitar rumah tinggal kita menunjukkan kalau beberapa hewan tadi "aman" dari manusia dan pemangsanya.Â
Keseimbangan ekosistem biasanya terganggu karena ulah (oknum) manusia yang tak bertanggung jawab.Â
Siput tak bercangkang paling mudah ditemukan menempel di pagar rumah apalagi usai turun hujan. Tapi sebagian orang terutama anak-anak merasa jijik dengan bangsa molusca (hewan bertubuh lunak) ini.Â
Bunglon taman juga susah ditangkap tapi masih lebih mudah mendapatkannya. Anak-anak paling suka mainan dengan bunglon taman ini.Â
Tentang bunglon tamanÂ
Bunglon taman atau yang bernama ilmiah Calotes versicolor merupakan famili Agamidae. Hewan reptil berwarna kecoklatan yang sepintas mirip iguana itu kabarnya berasal dari Thailand.Â
Tak berbeda jauh dari jenis (spesies) lainnya, bunglon taman juga bisa berubah warna kulit (mimikri) menyesuaikan tempat di mana ia bertengger (merayap). Perubahan warna kulit biasanya dilakukan oleh sang bunglon ketika terdesak oleh predator, saat sedang berjemur dan ketika berlangsung musim kawin.Â
Bunglon taman berjenis kelamin jantan berukuran lebih besar ketimbang bunglon taman betina. Bunglon taman bermigrasi ke Indonesia khususnya Pulau Jawa melalui perantaraan orang.Â
Belum diketahui secara jelas apakah bunglon-bunglon yang dibawa orang sebagai hewan peliharaan dari Thailand itu lepas dengan sendirinya atau sengaja dilepaskan hingga populasinya meledak seperti yang kita saksikan saat ini.Â
Belakangan banyak kita temukan wara-wiri di sekitar rumah kita. Saya juga sering melihat bunglon taman ini saling berkejaran dengan sesama jenisnya di jalanan. Tak jarang juga terlindas oleh kendaraan yang lalu-lalang melintas di jalan.Â
Sementara bunglon hijau (bunglon Jawa) yang  bernama ilmiah Bronchocela jubata malah semakin terdesak sehingga nyaris tak terlihat merayap di pepohonan.Â
Tingkah pola bunglon saat mau kawinÂ
Sekadar informasi pelengkap, setelah berumur kurang lebih setahun, bunglon taman siap melakukan perkawinan. Enggak perlu memanggil pak penghulu he..he..he..
Ciri bunglon jantan yang sedang dimabuk asmara itu terlihat dari kulit tenggorokannya berwarna merah cerah. Perubahan warna ini tentu saja menjadi pesona dan daya tarik tersendiri bagi bunglon betina.Â
Telur-telur yang dihasilkan lalu dipendam dalam tanah. Selama di dalam tanah suhu telur menjadi hangat memungkinkan untuk menetas dan terlindung dari predator.Â
Perlu waktu sekitar 6 sampai 7 minggu bagi bunglon betina untuk menetaskan telur-telurnya. Setelah menetas, bayi-bayi bunglon hidup di dalam habitat baru berupa semak belukar atau pepohonan yang memungkinkan mereka terlindung dari sergapan hewan pemangsa.Â
Untuk proses tumbuh-kembang dan dalam rangka mempertahankan hidupnya, biasanya bayi-bayi bunglon tadi memangsa serangga-serangga berukuran kecil.Â
Bunglon jadi mainan anak-anakÂ
Habitat bunglon taman kini sudah tidak di taman, pekarangan yang penuh pepohonan atau semak-belukar yang jarang dirambah orang melainkan di sekitar pemukiman warga.Â
Populasinya yang berkembang dengan cepat memungkinkan sang bunglon taman itu menjadi invader di daerah perkotaan. Seliweran di jalan bahkan di gedung-gedung bertingkat. Dan ngerinya lagi nih kalau sampai nekad masuk kantor Kompasiana he..he..he.., kakak-kakak admin yang wece-wece kemungkinan akan berjingkrak-jingkrak karena ketakutan.Â
Sebagian lagi malah berani dan menjadikan bunglon taman sebagai bahan buruan untuk dijadikan mainan yang menarik dan menghibur terutama di masa pandemi seperti sekarang ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H