Kalau ngomongin soal kuliner berbasis mi, saya jadi teringat aktor kondang Baim Wong. Beliau bukan hanya seorang artis yang pandai berakting tapi kini kabarnya menjadi salah seorang sultan. Â
Kemanapun beliau melangkah, sendiri atau bersama sang istri, Paula Verhoeven dan buah kasih mereka, Kiano yang ngguanteng biasanya makanan (kudapan) yang dicari tak jauh dari mi. Kadang yang dicari ya mi ayam, mi ayam bakso, mi yamin, pangsit mi, mi spageti dan macam-macam mi lainnya. Â
Artis ganteng yang kerap disapa Mas Baim itu memang sudah tajir melintir, sudah tak disangsikan lagi, siapapun pasti tahu. Namun beliau sambil berbagi masih berkenan mendatangi warung-warung beragam kuliner sederhana di berbagai sudut Jakarta dan kota-kota lain tak terkecuali warung makanan berbasis mi yang beliau gemari. Â
Meski tak setajir Mas Baim, saya termasuk salah satu orang yang juga gemar makan makanan berbasis mi, walau hanya sebatas mi instan dan mi ayam hehe..he..he.. . Â
Pernah suatu hari (sebelum merebaknya pandemi seperti sekarang ini) saya berkesempatan mengunjungi saudara yang bermukim di Surabaya. Usai berkunjung sayapun kembali ke Gresik dengan melintasi Jalan Dinoyo Surabaya. Â
Siang itu terik matahari di Surabaya begitu menyengat. Lagipula perut ini sejak tadi mulai keroncongan. Rasa haus pun sepertinya tak bisa ditahan lagi. Tak jauh dari Jembatan Ratna yang berada di kawasan Jalan Ngagel Surabaya, saya coba hentikan motor.
Kusen dan daun pintu berukuran lebih tinggi dan besar daripada bangunan rumah biasa. Di bagian atas daun pintu terdapat teralis besi dengan ornamen yang simpel namun memberi kesan kokoh dan vintage. Sebagian dindingnya dicat berwarna merah menyala.Â
Dari jalan tampak sangat jelas. Saya penasaran dan ingin melihat lebih dekat. Rupanya itu sebuah warung. Yah..warung pangsit mi. Sesuai benar dengan selera saya he..he.., murah meriah (murmer) dan ramah di kantong.Â
Sementara beberapa orang lainnya sedang asyik bercengkrama sambil menikmati beragam sajian warung itu. Bukan hanya sebagian dinding depan bangunan yang dicat merah, meja dan kursi warung juga diwarnai merah menyala, terlihat semarak! Â
Warung bercat merah menyala itu bernama "Gallery Pangsit". Ada dua menu andalan di warung yang di disain dengan memanfaatkan ruangan depan bangunan rumah lama itu, yaitu Pangsit Mi Ayam Jakarta dan Pangsit Mi Bakwan. Â
Menariknya lagi selain harganya yang murmer yakni Rp. 10.000,- per mangkuknya. Para pengunjung warung juga bisa menikmati layanan Wifi secara gratis.Â
Beragam minuman juga tersedia di warung ini. Namun para pengunjung (pembeli) dilarang keras membawa narkoba dan miras dalam warung. Dan setiap pengunjung diwajibkan menjaga kebersihan. Â
Kali ini saya memesan Pangsit Mi Ayam Jakarta atau singkatnya Pangsit Jakarta. Meski suasana gerah, saya lebih memilih air jeruk hangat sebagai minuman pendamping. Kalau memang benar-benar kepingin minum es, saya biasanya memesan minuman es dengan sedikit bongkahan es batu. Â
Sepengetahuan saya, yang membedakan kuliner mi ayam pada umumnya dengan Pangsit Jakarta terletak pada kuahnya. Pada mi ayam biasa, kuah, sawi atau sawi daging, mi dan potongan ayam bumbu dicampur jadi satu dalam satu mangkuk. Â
Sementara pada Pangsit Jakarta, kuah dipisahkan dan ditempatkan pada mangkuk lain. Dengan demikian, penikmat bisa menuangkan kuah ke dalam mangkuk berisi mi sesuai seleranya. Kadang ada seorang pembeli yang menyukai sedikit kuah (kering), ada pula yang menyukai kuah banyak (basah).Â
Penjual Pangsit Jakarta Dinoyo ini mengaku meracik sendiri mi pangsitnya, menggunakan bahan-bahan berkualitas bagus. Â
Dalam satu mangkuk Pangsit Jakarta terdapat beberapa bahan antara lain : mi, pangsit basah atau goreng yang di dalamnya berisi cacahan daging ayam, sayatan (suwiran) daging ayam bumbu, acar dan lombok (kadang ditempatkan dalam wadah terpisah), bawang goreng, potongan bawang daun, selada dan keripik (kerupuk).Â
Sementara di dalam kuah ditambahkan potongan bawang daun yang ditempatkan pada mangkuk lain. Â
Kekuatan rasa Pangsit Jakarta semata-mata terletak pada kuahnya yang sedap. Bahan untuk kuah biasanya terdiri dari kaldu ayam, bawang putih, garam, merica dan bawang daun. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H