Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mencicipi Sensasi "Pangsit Jakarta" di Surabaya

13 Maret 2021   19:45 Diperbarui: 4 April 2021   05:29 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperti ini penampakan Pangsit Jakarta yang menggoda selera dan murmer pula (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Kalau ngomongin soal kuliner berbasis mi, saya jadi teringat aktor kondang Baim Wong. Beliau bukan hanya seorang artis yang pandai berakting tapi kini kabarnya menjadi salah seorang sultan.  

Kemanapun beliau melangkah, sendiri atau bersama sang istri, Paula Verhoeven dan buah kasih mereka, Kiano yang ngguanteng biasanya makanan (kudapan) yang dicari tak jauh dari mi. Kadang yang dicari ya mi ayam, mi ayam bakso, mi yamin, pangsit mi, mi spageti dan macam-macam mi lainnya.  

Artis ganteng yang kerap disapa Mas Baim itu memang sudah tajir melintir, sudah tak disangsikan lagi, siapapun pasti tahu. Namun beliau sambil berbagi masih berkenan mendatangi warung-warung beragam kuliner sederhana di berbagai sudut Jakarta dan kota-kota lain tak terkecuali warung makanan berbasis mi yang beliau gemari.  

Meski tak setajir Mas Baim, saya termasuk salah satu orang yang juga gemar makan makanan berbasis mi, walau hanya sebatas mi instan dan mi ayam hehe..he..he.. .  

Pernah suatu hari (sebelum merebaknya pandemi seperti sekarang ini) saya berkesempatan mengunjungi saudara yang bermukim di Surabaya. Usai berkunjung sayapun kembali ke Gresik dengan melintasi Jalan Dinoyo Surabaya.  

Siang itu terik matahari di Surabaya begitu menyengat. Lagipula perut ini sejak tadi mulai keroncongan. Rasa haus pun sepertinya tak bisa ditahan lagi. Tak jauh dari Jembatan Ratna yang berada di kawasan Jalan Ngagel Surabaya, saya coba hentikan motor.

Lapak Gallery Pangsit Dinoyo Surabaya (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Lapak Gallery Pangsit Dinoyo Surabaya (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Di ruas kiri Jalan Dinoyo tampak sebuah bangunan lama dengan lapak dorong di bagian depannya. Gaya arsitekturnya menunjukkan kalau itu memang rumah lama di kawasan itu, atapnya tinggi, dinding depan terlihat simpel dan kokoh.  

Kusen dan daun pintu berukuran lebih tinggi dan besar daripada bangunan rumah biasa. Di bagian atas daun pintu terdapat teralis besi dengan ornamen yang simpel namun memberi kesan kokoh dan vintage. Sebagian dindingnya dicat berwarna merah menyala. 

Dari jalan tampak sangat jelas. Saya penasaran dan ingin melihat lebih dekat. Rupanya itu sebuah warung. Yah..warung pangsit mi. Sesuai benar dengan selera saya he..he.., murah meriah (murmer) dan ramah di kantong. 

Suasana dalam Gallery Pangsit Dinoyo Surabaya (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Suasana dalam Gallery Pangsit Dinoyo Surabaya (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Tak kurang dari 5-6 orang pembeli terlihat duduk-duduk santai sambil menyaksikan siaran televisi yang dipasang lebih tinggi menempel di tembok warung.  

Sementara beberapa orang lainnya sedang asyik bercengkrama sambil menikmati beragam sajian warung itu. Bukan hanya sebagian dinding depan bangunan yang dicat merah, meja dan kursi warung juga diwarnai merah menyala, terlihat semarak!  

Warung bercat merah menyala itu bernama "Gallery Pangsit". Ada dua menu andalan di warung yang di disain dengan memanfaatkan ruangan depan bangunan rumah lama itu, yaitu Pangsit Mi Ayam Jakarta dan Pangsit Mi Bakwan.  

Menariknya lagi selain harganya yang murmer yakni Rp. 10.000,- per mangkuknya. Para pengunjung warung juga bisa menikmati layanan Wifi secara gratis. 

Beragam minuman juga tersedia di warung ini. Namun para pengunjung (pembeli) dilarang keras membawa narkoba dan miras dalam warung. Dan setiap pengunjung diwajibkan menjaga kebersihan.  

Kali ini saya memesan Pangsit Mi Ayam Jakarta atau singkatnya Pangsit Jakarta. Meski suasana gerah, saya lebih memilih air jeruk hangat sebagai minuman pendamping. Kalau memang benar-benar kepingin minum es, saya biasanya memesan minuman es dengan sedikit bongkahan es batu.  

Sepengetahuan saya, yang membedakan kuliner mi ayam pada umumnya dengan Pangsit Jakarta terletak pada kuahnya. Pada mi ayam biasa, kuah, sawi atau sawi daging, mi dan potongan ayam bumbu dicampur jadi satu dalam satu mangkuk.  

Sementara pada Pangsit Jakarta, kuah dipisahkan dan ditempatkan pada mangkuk lain. Dengan demikian, penikmat bisa menuangkan kuah ke dalam mangkuk berisi mi sesuai seleranya. Kadang ada seorang pembeli yang menyukai sedikit kuah (kering), ada pula yang menyukai kuah banyak (basah). 

Penjual Pangsit Jakarta Dinoyo ini mengaku meracik sendiri mi pangsitnya, menggunakan bahan-bahan berkualitas bagus.  

Dalam satu mangkuk Pangsit Jakarta terdapat beberapa bahan antara lain : mi, pangsit basah atau goreng yang di dalamnya berisi cacahan daging ayam, sayatan (suwiran) daging ayam bumbu, acar dan lombok (kadang ditempatkan dalam wadah terpisah), bawang goreng, potongan bawang daun, selada dan keripik (kerupuk). 

Sementara di dalam kuah ditambahkan potongan bawang daun yang ditempatkan pada mangkuk lain.  

Kekuatan rasa Pangsit Jakarta semata-mata terletak pada kuahnya yang sedap. Bahan untuk kuah biasanya terdiri dari kaldu ayam, bawang putih, garam, merica dan bawang daun.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun