Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengatasi Banjir Jakarta? Mari Belajar dari "Kolam Purba" di Jawa Timur

5 September 2019   01:59 Diperbarui: 5 September 2019   11:00 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam Segaran (2015) sebagai sarana memancing (dok.pri)

Namun ada juga yang mengatakan kalau satu bata dengan bata lain direkatkan dengan semen purba yang berasal dari getah tumbuhan merambat. Belum begitu jelas apa nama tumbuhan itu.

Kalau konstruksi bangunan bendung (bendungan) atau waduk masa kini begitu kokohnya karena susunan batu bata satu dengan batu bata lainnya  direkatkan dengan semen atau langsung dicor dengan adonan berupa campuran pasir, koral dan semen dengan perbandingan tertentu namun masih bisa ngrembes (bocor halus) atau bahkan ambrol diterjang air.

Maka berbeda dengan Kolam Segaran yang terdapat di Trowulan, Mojokerto-Jawa Timur itu. Tanpa perekat dari semenpun konstruksi kolam tetap kokoh dan bertahan hingga sekarang padahal usianya sudah lebih dari 700 tahun.

Hebatnya lagi meski tanpa bahan perekat, air yang ada di dalam kolam tidak ngrembes keluar sehingga pada saat musim hujan atau kemarau panjang sekalipun volume air relatif tidak berkurang.

Masalah banjir di DKI Jakarta dan berbagai pelosok tanah air memang sangat pelik dan krusial. Kalau masyarakat dulu berhasil mengelola banjir dengan menggunakan teknologi hidrologi ala Majapahit, kitapun sebagai masyarakat yang sudah modern pastinya harus lebih piawai lagi dalam mengelola banjir. Tak ada salahnya kita belajar dari kearifan teknologi Kolam Segaran Majapahit.

Selain berfungsi sebagai objek penelitian arkeologi dan tujuan  wisata sejarah, para pengunjung bisa memanfaatkan Kolam Segaran sebagai tempat memancing ikan.

Kolam Segaran juga berfungsi sebagai penampung air hujan. Air yang terkumpul di kolam kemudian dimanfaatkan untuk irigasi bagi areal persawahan di sekitarnya.

Waduk atau bendungan yang dibangun sebagai pengendali banjir di Jakarta diharapkan juga akan memberikan manfaat lain seperti sebagai sarana rekreasi, sarana irigasi areal pertanian di sekitarnya atau sebagai tujuan wisata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun