Entah sudah berapa kali pihak pengurus pondok pesantren memberikan penjelasan kepada masyarakat luas kalau bangunan megah yang dikunjunginya itu bukan masjid apalagi masjid gaib seperti yang dianggap orang selama ini. Bangunan bertingkat nan megah yang oleh sebagian orang disebut masjid tiban itu sebenarnya merupakan pondok pesantren yang bernama lengkap
Salafiyah Bihaaru Bahri'Asali Fadlaailir Rahmah yang artinya
Segarane segara,
madune fadhole rohmat atau disingkat
 Bi Ba'a Fadlrah.Â
Pondok pesantren itu berada di Jalan KH. Wachid Hasyim, Sananrejo, Turen-Malang. Dari tugu pertigaan terminal angkot Pasar Tumpang, masih harus melanjutkan perjalanan lebih kurang 15 kilometer lagi agar sampai ke lokasi pondok pesantren. Setelah sampai di pertigaan Desa Sananrejo, masih harus berjalan lagi kira-kira sejauh 1 kilometer. Jalan yang dilalui memang tidak terlalu lebar tapi mobil bisa masuk sampai ke lokasi pesantren.
Untuk bisa mengunjungi pesantren Turen tidak dikenakan biaya tiket masuk alias gratis. Meski demikian, pengunjung diwajibkan melapor ke kantor petugas dengan menunjukkan kartu identitas diri, data nomer plat mobil beserta jumlah penumpangnya. Petugas yang tak lain adalah para santri pesantren dengan membawa megaphone memberikan penerangan kepada para pengunjung yang membawa kendaraan keluar masuk pondok pesantren itu.
Pondok pesantren salafiyah Bi Ba'a Fadlrah didirikan oleh
Romo KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam atau yang lebih akrab disapa
Romo Kyai Ahmad. Beliau adalah putra dari Kyai Sholeh yang sekaligus juga gurunya sendiri. Kyai Ahmad pernah menjadi santri Kyai Sahlan Thalib di pondok pesantren Sidorangu-Krian, Sidoarjo. Pondok pesantren Bi Ba'a Fadlrah ini dirintis tahun 1963.
Pembangunan pondok awalnya dimulai tahun 1978. Kala itu sang kyai bersama santrinya hanya menggunakan bahan batu bata merah dengan adonan tanah liat (Jawa=
ledok) untuk mendirikan bangunan pesantren. Seiring dengan perkembangan zaman, kini bangunan pondok pesantren ini telah mencapai 10 lantai.Â
Bangunan berdiri di areal seluas 4 hektar lebih. Dana pembangunan pondok pesantren ini berasal dari Kyai Ahmad, sebagian lagi dari jamaah. Soal pendanaan pesantren ini menggunakan prinsip tidak meminta-minta sumbangan (tidak
toma') bahkan tidak meminjam atau berhutang.Â
Model atau disain bangunan pesantren diarsiteki sendiri oleh Kyai Ahmad. Beliau tidak menggunakan ahli bangunan khusus. Atau mengadobsi teknologi dari negara lain. Setelah melalui Sholat Istikharah barulah sang kyai menentukan bentuk bangunan, ornamen atau warna cat pondok pesantren itu. Bila diperhatikan gaya bangunan pondok pesantren ini sangatlah unik. Ada yang mengatakan kalau Kyai Ahmad sengaja memadukan gaya arsitektur Eropa, India, Arab dan China untuk menghadirkan kesan lain sesuai petunjuk dari Ilahi setelah beliau beristikharah.
Dikerjakan tenaga manusia bukan jin (dok.pri)
Rasa kagum terhadap gaya arsitektur bangunan pesantren ini muncul sejak pertama kali memasuki gerbang pesantren. Menyusuri lantai demi lantai dari bangunan pesantren seolah  membawa pengunjung memasuki sebuah bangunan megah dan bertingkat dengan arsitektur dan ornamen yang bukan saja unik tapi juga menarik dan belum pernah dilihat sebelumnya. Â
Setiap akan memasuki lantai gedung pesantren yang sudah difungsikan karena sudah full keramik, pengunjung diminta melepas alas kaki dan membungkusnya untuk dibawa sendiri-sendiri. Mereka yang muslim harus mengenakan busana muslim. Di bagian lantai bangunan yang masih belum berkeramik diperbolehkan menggunakan alas kaki (sepatu/sandal).Â
Pengunjung juga bisa menikmati koleksi berbagai ikan air tawar dalam akuarium berukuran besar di lantai 2 atau 3. Di sebelah luar juga kita jumpai beberapa ekor merak, kelinci, ayam, rusa dan burung merpati yang terpelihara dengan baik dalam sangkarnya masing-masing. Benar-benar pondok pesantren yang unik karena dilengkapi dengan kebun binatang mini. Selain koleksi beberapa jenis satwa, para santri di pondok pesantren ini juga diajari bagaimana cara bercocok tanam sayuran yang benar.
Lantai 5,7 dan 8 dari gedung pesantren digunakan sebagai toko busana muslim, kue-kue, pernak-pernik, sepatu, suvenir khas pondok pesantren bahkan air minum dalam kemasan yang diproduksi oleh pesantren. Harga barang-barangnya juga cukup murah. Di setiap lantai dipasang penanda jalan juga himbauan yang harus ditaati oleh pengunjung. Sementara penjaga stan-stan itu tidak lain adalah santriwati pondok pesantren ini.Â
Lihat Trip Selengkapnya