Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kangen Melihat Bemo? Yuk Datangi Museum Surabaya!

28 Agustus 2018   16:29 Diperbarui: 29 Agustus 2018   07:31 1878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk ukuran sebuah museum, menurut saya Museum Surabaya itu termasuk museum yang punya potensi besar untuk menyedot jumlah pengunjung. Mengapa? Letak Museum Surabaya sangat strategis karena berada di Jalan Tunjungan Surabaya yang bukan saja sangat terkenal seperti halnya Jalan Sudirman-Thamrin di Jakarta. Atau seperti Jalan Braga dan Asia-Afrika di Bandung.

Museum Surabaya juga berada di dalam sebuah gedung bersejarah, Gedung Siola namanya yang oleh Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya sesuai SK Walikota Surabaya nomor 188.45/66/436.1.2/2011 tahun 2013. 

Untuk diketahui, Gedung Siola yang sejak tahun 2015 dijadikan Museum Surabaya itu sebenarnya merupakan bangunan berarsitektur menawan yang sudah ada sejak tahun 1877. 

Kala itu, Robert Laidlaw (1856 -- 1935), seorang kapitalis asal Inggris membangun pertokoan (pusat grosir) di pojokan Jalan Tunjungan Surabaya. 

Pertokoan yang kemudian dinamakan Whiteaway Laidlaw and Co itu menjadi kesohor di masanya. Whiteaway meredup kemudian diambil alih oleh pengusaha asal Jepang sekaligus berganti nama menjadi Chiyoda. 

Di masa revolusi 10 November 1945, Gedung Siola sempat hancur terkena sasaran bom tentara Inggris karena Arek-arek Suroboyo sempat bermarkas di gedung ini sebagai benteng pertahanan. 

Roda waktu terus berputar, sejarahpun berubah sampai pada akhirnya pada tahun 1950 an munculah pertokoan bernama Siola di gedung yang sempat hancur tadi.

Gedung Siola luasnya kira-kira 8338 meter persegi dan sejak 1 Januari 2015 diambil oleh pemkot Surabaya.

Pada tanggal 06 Juni 1983 Walikota Surabaya yang kala itu dijabat oleh Drs. Moehadji Widjaja juga pernah meresmikan Gedung Siola itu.

Gedung Siola oleh Pemkot Surabaya dijadikan mal pelayanan publik. Di lantai dasar ditempati Museum Surabaya, kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (dispendukcapil), kantor Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA), dan beberapa unit bank pemerintah antara lain BRI, BNI dan Mandiri, serta kantor Polwiltabes Surabaya untuk pengurusan SIM, SKCK dan STLK.

Beberapa lantai di atasnya ditempati kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (dispora) Surabaya, kantor Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan Republik Indonesia kantor wilayah Jawa Timur dan kantor Dinas Industri dan Perdagangan (disperindag) Surabaya. Beberapa lantai teratas (lantai 5,6 dan 7) dijadikan area parkir (1). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun