Adipati (bupati) Surabaya yang dikebumikan di kompleks makam Boto Putih yaitu Raden Ario Tjokronegoro IV dan V. Selain itu seorang habib bernama Al Habib Syekh bin Achmad Abdullah Bafaqih juga disemayamkan di kompleks makam itu.
Ada gapura makam yang cukup mengundang perhatian peziarah karena arsitekturnya yang unik, menarik dan kuno sekaligus terkesan mistis yaitu kuburan milik Mas Adipati / Kyai Tumenggung Panji Djoyodirono.
Para pengunjung bisa dengan leluasa memasuki area makam untuk berdoa atau membacakan yassin dan tahlil atau sekedar ziarah tabur bunga namun dilarang keras melakukan aksi vandalisme (perusakan) sehingga memusnahkan sebagian atau seluruh bagian makam yang bernilai sejarah itu.
Sejarah Sunan Boto PutihÂ
Pangeran Lanang Dangiran mendapatkan tempaan dari Kyai Kendil Wesi hingga tumbuh menjadi manusia dewasa yang mumpuni.
Kisah atau cerita tentang Sunan Boto Putih mungkin tak banyak diungkap dalam sejarah perkembangan Islam di Pulau Jawa. Pamornyapun tidak seperti wali songo (wali sembilan) khususnya Sunan Ampel.
Sebagian orang mengatakan kalau Sunan Boto Putih itu lebih sepuh (tua) ketimbang Sunan Ampel. Belum bisa diterima secara jelas pendapat itu mengingat sejarah mencatat kalau Sunan Ampel hidup pada sekitar abad ke-14, lebih dulu dari Sunan Boto Putih. Sedangkan Sunan Boto Putih sendiri tercatat wafat pada tahun 1638. Selisih waktunya mencapai dua ratus tahunan.