Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Persiapan Diri, Tradisi "Nyekar" dan "Megengan" Menyambut Datangnya Ramadan

15 Mei 2018   11:18 Diperbarui: 15 Mei 2018   17:25 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bergotong-royong membersihkan masjid (dok.pri)

Momen tradisi nyekar jelang Ramadan menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang bunga kuburan. 

Kebetulan pusara kedua orang tua saya saling terpisah. Ibu dimakamkan di pekuburan Islam Wonoayu Sidoarjo, Jawa Timur. Sedangkan pusara bapak berada di pekuburan Tembok Gedhe Surabaya.

Saya mencoba mengamati para pedagang bunga di kedua kompleks pemakaman itu, rata-rata mereka itu ingin meraup keuntungan lebih banyak. Itu terlihat dari harga jual bunga yang cukup mahal. 

Bergotong-royong membersihkan masjid (dok.pri)
Bergotong-royong membersihkan masjid (dok.pri)
Tak hanya tradisi ziarah kubur, menjelang datangnya bulan suci Ramadan sebagian umat muslim biasanya secara bersama-sama bergotong-royong membersihkan musholla atau masjid karena akan digunakan untuk sholat Tarawih atau sholat wajib lainnya.

Satu lagi tradisi jelang Ramadan yang diperkirakan sudah ada sejak jaman Wali Songo mensyiarkan Islam di Pulau Jawa yaitu tradisi megengan

Megengan merupakan ritual berdoa bersama dan setelah itu diikuti dengan acara bertukar kue atau makanan untuk selanjutnya dibagi-bagikan secara merata kepada para jama'ah masjid / mushola atau bahkan tetangga dekat rumah.

Kabarnya nih, tradisi megengan telah dikembangkan oleh Sunan Kalijaga ratusan tahun silam. Megengan merupakan penyempurnaan dari ritual sebelumnya, yakni penyerahan sesaji untuk arwah para leluhur (Ruwahan). 

Setelah menerima pencerahan dari Sunan Kalijaga akhirnya umat Islam kala itu mengerti bahwa megengan merupakan upaya bagi-bagi makanan / minuman untuk sesama jamaah atau umat yang membutuhkan jadi bukan bagi-bagi makanan untuk para arwah.

Makanan untuk acara megengan biasanya menggunakan nasi kuning atau makanan-minuman untuk acara selamatan ditambah kue-kue. 

Salah satu kue yang sengaja dibuat oleh para ibu rumah tangga untuk acara megengan ini ialah kue apem (apam). Saya sendiri tak tahu persis bagaimana ceritanya sehingga apem itu begitu mentradisi saat menyambut datangnya bulan suci Ramadan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun