Pulanglah kami dengan perasaan lega. Seperti biasanya kami menjalani keseharian tak lepas dari nomer HP yang sudah setia menemani kami selama lebih dari 10 tahun itu.
Selang beberapa hari setelah tanggal melapor itu, nomer HP saya masih sering menerima notifikasi dari Kominfo/4444 agar kartu prabayar saya segera didaftarkan. Namun tidak saya hiraukan karena saya merasa sudah mendatangi langsung PT. Bablas sebagai provider kartu pra bayar saya untuk melakukan registrasi.
Saya tak menyangka kalau HP bernomer 085******773 akhirnya terblokir juga. Rasa kecewa yang sangat mulai menggelayuti benak saya. Beberapa hari atau sekitar seminggu saya membiarkan nomer yang sudah 10 tahun bahkan lebih itu tetap terblokir sampai pada akhirnya saya harus rela meluangkan waktu untuk mendatangi kembali kantor PT. Bablas.
Tanggal 28 Maret 2018, saya kembali mendatangi kantor PT. Bablas guna melaporkan perihal nomer prabayar saya yang sudah tidak bisa digunakan untuk SMS atau nelpon itu.
"Lha..saya ini sudah capek-capek lapor ke sini kok HPnya masih keblokir sih mbak" keluh saya kepada Bu Wae (bukan nama sebenarnya), customer service yang membantu saya kala itu.
Perempuan muda berhijab dan berkaca mata itu meminta saya mengeluarkan data pribadi berupa E-KTP, KK dan selembar kertas yang menjadi bukti bahwa pernah dibantu Bu Pasrah untuk masalah yang sama.
Entah tombol apa yang ditekan yang pasti saya melihat Bu Wae dengan piawai memainkan jemari tangannya di atas papan keyboard komputernya sambil sesekali memandangi data pribadi saya.
"Ditunggu 1 X 24 jam ya Pak untuk proses rekoneksinya" ujar Bu Wae, sambil menyerahkan kembali data-data pribadi milik saya.Â
Dalam hati saya merasa pesimis dengan upaya yang dilakukan oleh Bu Wae ini. Dia bahkan tidak menjelaskan secara gamblang apa alasan nomer saya tetap terblokir meski sebelumnya sudah melapor dan ditangani oleh Bu Pasrah.Â
Saya ngeloyor keluar meninggalkan ruangan PT. Bablas yang dipadati banyak orang dengan perasaan tidak puas.
Saya jadi teringat kata-kata istri "Nek wis gak kenek tukuo nomer sing anyar ae mas (kalau tidak bisa beli nomer baru saja mas, red)" begitu saran istri saya, meredakan rasa kecewa saya.Â