Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berburu Bekicot di Kebun Pisang, Jangan-jangan Bertemu...

18 Maret 2018   22:49 Diperbarui: 19 Maret 2018   05:35 2498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon pisang dengan buah dan jantungnya (dok.pri)

Campur secara merata lalu berikan ke lele. Sebagian peternak lele juga menggunakan pakan alternatif dari jerohan ikan atau usus ayam yang sudah dirajang terlebih dulu.

Pakan lele alternatif (dok.pri)
Pakan lele alternatif (dok.pri)
Saya memberikan pakan alternatif pada saat lele sudah berumur lebih dari 5 minggu setelah tebar bibit pertama kali, dimana ukuran bibit awalnya adalah 4 sampai 5 sentimeter. Umur  0 sampai 5 minggu masih menggunakan pelet butiran halus.

Kebetulan kami tinggal di perumahan mewah, mepet sawah he..he.., sehingga sumber pakan alternatif untuk lele bisa dengan mudah saya dapatkan dan secara gratis pula. Apalagi saat ini masih dalam suasana musim hujan, jadi yang namanya bekicot dan yuyu (sebangsa kepiting air tawar, red) dengan mudah kita temukan di sekitar sawah.

Beberapa bulan belakangan ini sayapun memiliki kebiasaan baru. Kalau tidak malas, setiap pagi atau sore (malam) sehabis hujan turun saya mencoba berburu bekicot. Kebetulan perumahan di mana kami tinggal itu terdapat banyak kavling kosong karena lama tidak ada penghuninya. Rumah-rumah yang kosong dan bangunannya nyaris ambruk tadi banyak ditumbuhi rumput liar, semak belukar dan tak jarang pohon pisangpun bisa tumbuh liar di sana. 

Seperti diketahui bersama, bekicot atau siput bertubuh lunak (Mollusca) yang bernama ilmiah Achatina fulica itu paling suka hidup menempel di pepohonan pisang. Atau di tempat-tempat yang lembab di mana banyak ditemukan sampah (sisa) bahan organik seperti sisa dedaunan, tumpukan jerami padi atau rerumputan kering yang dibiarkan lama dan membusuk akibat guyuran air hujan. Bekicot suka merayap di malam hari (nocturnal kali ya) setelah hujan turun.  

Selain rumah-rumah kosong yang ditumbuhi semak belukar, tempat yang jadi jujugan saya dalam berburu bekicot ialah lahan kosong yang banyak ditumbuhi rumpun pohon pisang. 

Berburu bekicot pada malam hari khususnya di areal kebun pisang tentu diperlukan kehati-hatian. Sebab bukan tidak mungkin semak belukar yang ada di sekitar rumpun pisang tadi menjadi tempat persembunyian hewan-hewan berbisa seperti ular, kalajengking dan kelabang. Sayapun harus waspada, makanya selama berburu bekicot saya tidak lupa menggunakan safety shoes berupa sepatu boots, sarung tangan dari bahan karet dan pastinya head lamp sebagai pengganti lampu senter.

Karena seringnya berburu bekicot di kawasan perumahan, sampai-sampai beberapa tetangga mengetahui kebiasaan unik saya itu. Mereka mengingatkan saya agar lebih berhati-hati terutama saat berburu bekicot di areal rumpun pisang. Seorang tetangga mengaku pernah punya pengalaman gaib dengan pohon pisang itu. Konon khabarnya nih, rumpun pohon pisang ternyata bukan hanya disukai bekicot namun juga menjadi tempat persinggahan mahluk astral bernama pocong.

Pohon pisang dengan buah dan jantungnya (dok.pri)
Pohon pisang dengan buah dan jantungnya (dok.pri)
Kata tetangga tadi, terutama pada pepohonan pisang yang sebagian daunnya telah mengering (Jawa = klaras) hantu pocong suka bersemayam di sana. Mahluk astral ini bisa menghilangkan jejak dengan merubah diri menyerupai pohon pisang. 

Dengan cerita tetangga tadi saya menjadi merinding disko he..he.., bertambah takut ketika berburu bekicot di areal kebun pisang di malam hari. Sebuah sumber di internet juga menyebutkan kalau jantung pohon pisang (Jawa = onthong) itu merupakan jembatan penghubung antara dunia nyata dan alam gaib.

Terlepas apakah cerita tetangga kami tentang mahluk gaib yang bersemayam di rumpun pohon pisang itu mitos atau fakta bagi kami tidak perlu diperdebatkan. Mahluk gaib itu ada, sebagai orang yang beriman, kita wajib percaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun