Toilet ala Semeru itu hanya berupa lubang berbentuk persegi, berukuran kira-kira 20 X 20 sentimeter persegi, tanpa air penyekat seperti disain toilet di rumah kita. Bisa dibayangkan, begitu pendaki ndodok karena saking kebeletnya langsung saja kotorannya bablas ke lubang penampungan yang ada di bawahnya.
Masyarakat Jawa menyebut toilet ala Semeru itu dengan istilah jumbleng. Kalau jumbleng di daerah pedesaan, lubang penampungan tinjanya kadang digunakan untuk memelihara ikan lele. Saya belum tahu apakah toilet ala Semeru itu juga dimanfaatkan untuk memelihara ikan lele.Â
Meski sangat sederhana dan mungkin dari sudut pandang kesehatan lingkungan kurang memenuhi syarat namun keberadaan toilet ala Semeru itu sudah cukup membantu para pendaki.
Saran saya, sebaiknya plat seng dan kerangka pipa besi menggunakan bahan-bahan yang anti karat agar tahan lama mengingat upaya perbaikan toilet itu tak mungkin dilakukan sesering mungkin karena letaknya yang jauh di lereng gunung.
Yang perlu diperhatikan oleh pengelola Semeru dan diwaspadai para pendaki ialah bahwa lubang penampungan tinja (semacam septic tank) harus didisain sedemikian rupa agar tidak merembes menuju Danau Ranu Kumbolo. (5)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H