Akar-akar pepohonan akan secara efektif menjadi tandon (reservoir) yang mampu menyimpan air. Bisa Anda bayangkan bagaimana keadaan Ranu Kumbolo bila hutan di sekitarnya habis musnah karena ulah para pendaki. Tentu hal itu sangat tidak diharapkan. Sejak di pos pendataan, petugas tak bosan-bosannya mengingatkan agar pendaki tidak menebang pohon secara serampangan. Pembuatan api unggun dengan menggunakan kayu pohon hutan meski sekecil apapun harus seijin petugas, kecuali kondisi cuaca yang sangat ekstrim.
Ada tata cara yang unik untuk mengambil air di Ranu Kumbolo ini. Setiap pendaki yang akan mengambil air harus terlebih dulu melepas alas kakinya dan tak boleh menginjakkan kaki ke dalam air danau. Membuat kubangan atau lubang kecil dari pinggir danau kira-kira berjarak 1 sampai 2 meter. Air danau yang meresap masuk ke dalam lubang yang dibuat tadi itulah yang diambil untuk minum, masak dan keperluan lain
. Mandi dengan menceburkan diri ke dalam danau tidak boleh dilakukan karena di gunung para pendaki mungkin tidak perlu mandi karena hawa yang sangat dingin selain itu air danau ini harus tetap terjaga kemurniannya dan masih dikeramatkan oleh sebagian orang. Mengingat air Ranu Kumbolo juga bisa diminum langsung maka setiap pendaki Gunung Semeru wajib memelihara kemurnian dan kelestariannya.
Ketika mengambil air danau dengan menggunakan dry bag (tas kedap air) atau botol bekas air mineral seharusnya tidak meninggalkan sampah apakah itu berupa botol plastik tadi atau sampah lainnya di sekitar danau. Sampah harus di bawa kembali saat turun gunung.
Pihak pengelola Ranu Kumbolo harus mulai mewaspadai keberadaan toilet antik yang telah dibangun tidak jauh dari lokasi danau. Setiap saat jumlah pendaki Semeru pasti mengalami peningkatan dan hal itu diikuti dengan meningkatnya pendaki yang menggunakan fasilitas toilet ala semeru yang tersedia. Mungkin saat ini belum terlihat pengaruhnya terhadap kemurnian air Ranu Kumbolo tapi bukan tidak mungkin perlahan-lahan menumpuknya tinja yang tertampung dalam jamban anti “ranjau darat” itu dikhawatirkan akan mencemari air Ranu Kumbolo.
Dalam kotoran manusia sering dijumpai bakteri Eschericia coli (E coli) yang menjadi biang sakit perut dan mencret (diare). Nah kalau air Ranu Kumbolo sudah telanjur terinfiltrasi air tinja dari jamban yang ada maka bisa dipastikan air Ranu Kumbolo menjadi tidak steril (murni) lagi sehingga tidak boleh diminum tanpa merebusnya terlebih dulu. Untuk itu meski sederhana, jamban ala Ranu Kumbolo harus didisain seaman mungkin agar tidak mencemari air Ranu Kumbolo. Meski kondisinya masih ala kadarnya, mari sebagai sesama pendaki tetap memelihara kebersihan khususnya di jamban itu dan lingkungan Ranu Kumbolo secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H