Saya juga pernah mendengar keluhan seseorang yang sedang berobat di sebuah klinik sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama namun ia tetap harus mengeluarkan sejumlah uang padahal ia tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan yang tidak pernah telat membayar iuran setiap bulannya.
Entah berapa banyak lagi keluhan yang kita dengar tentang ketidak-beresan layanan BPJS Kesehatan. Namun kita juga harus jujur bahwa banyak pula masyarakat kita yang telah diuntungkan dengan layanan BPJS Kesehatan itu. Mereka tidak hanya menerima sisi kekurangannya saja tapi juga kelebihannya. Dengan mengikuti program BPJS Kesehatan, mereka bisa berobat secara gratis dengan layanan yang tak kalah memuaskan bila dibandingkan dengan kalau menjadi pasien umum yang nota bene membutuhkan biaya pengobatan atau perawatan jauh lebih besar.
Iuran Bulanan Sebagai Bentuk Gotong-Royong
Seperti apapun kelas perawatan yang dipilih seseorang, ingin kelas satu, dua atau tiga itu tidak menjadi masalah, yang penting pembayaran iuran setiap bulannya tidak terlambat. Ada istilah Jawa Timuran, “Sik enak gak loro, seger waras terus (masih enak tidak sakit, sehat walafiat terus, red)". Pernyataan itu tentu didambakan banyak orang. Siapa orangnya yang ingin sakit meski ia telah memilih kelas perawatan nomer satu atau bahkan VIP sekalipun toh masih enak dalam keadaan sehat walafiat.
Lalu kalau kebetulan kita dikaruniai kesehatan, buat apa secara rutin membayar iuran BPJS Kesehatan setiap bulannya? Saya pernah mendengar sebuah bank swasta nasional menawarkan program asuransi kesehatan. Biaya premi (iuran) yang dibayarkan setiap bulannya bisa diambil kembali sesuai jangka waktu yang ditetapkan pihak bank dan telah dipilih oleh nasabah tadi, layaknya menabung saja.
Perlu diingat bahwa BPJS Kesehatan bukanlah bank yang menawarkan program asuransi tadi. Tentu saja iuran yang dibayarkan setiap bulannya tidak bisa diambil kembali meski peserta BPJS Kesehatan tadi tidak pernah sakit atau pernah sakit tapi bukan mengidap penyakit berat.
Berat-tidaknya penyakit yang diderita seseorang jelas tidak sama. Peserta BPJS Kesehatan yang kebetulan tidak pernah mengidap penyakit berat atau kondisi tubuhnya relatif sehat walafiat sehingga jarang atau tidak pernah memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan tidak perlu merasa rugi karena secara teratur telah membayar iuran setiap bulannya.
Rajin membayar iuran setiap bulan bukanlah pekerjaan sia-sia. Selain untuk antisipasi (jaga-jaga) kalau-kalau harus berobat dengan biaya yang cukup besar, iuran yang dibayarkan setiap bulannya merupakan bentuk solidaritas terhadap sesama peserta BPJS Kesehatan lainnya.
Mungkin sebagai peserta, kita tidak membutuhkan namun saudara kita lainnya justru sangat membutuhkan fasilitas kesehatan dari program BPJS Kesehatan itu. Iuran yang kita bayarkan setiap bulannya bisa dialokasikan untuk biaya pengobatan peserta-BPJS Kesehatan lainnya. Masing-masing peserta BPJS Kesehatan secara tak langsung sudah ikut bergotong-royong secara nasional membantu biaya pengobatan peserta lainnya.
Jiwa bergotong-royong merupakan watak asli masyarakat Indonesia. Selama ini kita mendengar kegiatan gotong-royong hanya berkisar pada program kebersihan lingkungan, penanggulangan bencana banjir, bahaya kelaparan dan masih banyak lagi contoh kegiatan gotong-royong di sekitar tempat tinggal kita.
Mengikuti program BPJS Kesehatan esensinya juga merupakan kegiatan gotong-royong bahkan skalanya sudah nasional. Biaya kesehatan (pengobatan) masyarakat Indonesia itu tidak sedikit. Negara mungkin akan merasa berat bila menanggung semua biaya pengobatan warganya sendirian, maka dari itu melalui program BPJS Kesehatan segenap rakyat Indonesia bergotong-royong menopang biaya pengobatan yang besar itu.