[caption caption="Mesin pemilah dan pencacah bahan organik di rumah kompos yang baru"]
Teknik pembuatan kompos yang diterapkan oleh Pemkot Surabaya dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya itu terbilang sederhana. Hasil gilingan sampah tadi dibiarkan menumpuk lalu disirami dengan air. Setiap 2 atau 3 hari sekali dilakukan pembolak-balikan tumpukan bahan kompos sambil diguyuri air.
“Hanya disirami air saja pak tanpa bahan lain” ujar Danis (29 tahun) karyawan rumah kompos Jambangan.
[caption caption="Tumpukan kompos yang siap didistribusikan"]
Demikian seterusnya sampai kompos menjadi matang, butuh waktu sekitar 2 bulan. Kompos hasil inovasi Pemkot Surabaya itu nantinya akan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik yang ditaburkan ke semua taman dibawah pengelolaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
Di sebelah rumah kompos Jambangan yang berlokasi di bawah jalan tol itu kini sedang dibangun rumah kompos baru dengan dilengkapi mesin pemilah. Kata Danis, kapasitas produksi komposnya jauh lebih besar.
“Masyarakat umum boleh mendapatkan kompos produksi Pemkot Surabaya asalkan seijin dinas yang terkait” imbuh Danis.
[caption caption="Kompos yang sudah jadi/matang berwarna coklat kehitaman"]
Ulasan
Informasi mengenai teknologi pembuatan komposter dewasa ini mungkin sudah berkembang dengan baik tapi kesadaran masyarakat luas untuk mengolah kembali sampah dapurnya (organik) masih dirasakan kurang.
Masyarakat yang tergerak dan ingin menggunakan komposter produksi pabrik yang direkomendasi Balitbang PUPR terkendala oleh harganya yang cukup mahal. Mereka akhirnya menciptakan sendiri dengan mengadopsi teknologi komposter yang sudah diproduksi pabrik.