Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pengelolaan Sampah Ala Jambangan dan Pemkot Surabaya

15 Desember 2015   17:58 Diperbarui: 4 April 2017   17:22 3155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk 1 kilogram kardus, bank sampah yang dikelola Pak Tik itu menghargai 1300 rupiah. Botol akua dihargai 2500 rupiah perkilonya. Kaleng (besi) cukup murah harganya yakni 400 rupiah sekilonya. Koran lumayan mahal, 1500 rupiah perkilonya. Ember atau bak plastik yang pecah dihargai 1250 rupiah untuk setiap kilogramnya.

Bank sampah yang dikelola Pak Tik juga menerima setoran sampah kering berupa kardus bekas nasi kotak atau kue dengan harga 400 rupiah setiap kilonya. Bekas kemasan air mineral berbentuk cup (gelas) dihargai 3500 rupiah perkilonya. Sedangkan botol plastik berwarna harganya 1000 rupiah perkilonya, sementara yang botol bening harganya bisa mencapai 2500 rupiah sekilonya.

“Kadang ya seminggu sekali, kalau ramai bisa 3 hari sekali pengepul mendatangi bank sampah kami” tukas Pak Tik.

Warga Kelurahan Jambangan tak cuma bijak mengelola sampah kering hingga mereka mampu menyulapnya dengan sejumlah rupiah. Sisa dapur rumah tangga mereka juga tak dibuang begitu saja. Mereka mengolahnya kembali hingga menjadi kompos untuk pupuk tanaman hias atau bahkan sayuran yang mereka tanam di halaman rumah.

[caption caption="Drum komposter "]

[/caption]

[caption caption="Drum komposter diisi sampah dapur atau daun kering"]

[/caption]

[caption caption="Instalasi pipa paralon berlubang dalam komposter untuk aerasi"]

[/caption]

Sisa dapur rumah tangga yang berupa potongan sayur, buah atau nasi basi, daun-daun kering pepohonan di rumah dirajang kembali kecil-kecil dengan ukuran lebih kurang 2 sentimeter kemudian dimasukkan dalam drum plastik komposter. Drum komposter dari bahan plastik dirancang sedemikian rupa dengan beberapa lubang pengudaraan (aerasi) yang dibuat dari paralon.

Komposter yang dijual di pasaran harganya lebih mahal. Akhirnya warga Jambangan berinisiatif membuatnya sendiri dengan mentransfer ilmu dari internet. Komposter lengkap dengan paralon saluran udara memungkinkan mikroba (jasad renik) atau dekomposer (bakteri pengurai) lainnya bekerja secara aerob.

[caption caption="Pak Jono, ketua RT 03/RW 01 Kelurahan Jambangan Surabaya"]

[/caption]

[caption caption="Lombok yang ditanam dengan menggunakan media kompos rumah tangga"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun