Semua bisa diakali dengan memasang paranet/shading net (jaring-jaring penahan intensitas sinar) atau atap polycarbonate. Misalnya Aglaonema yang dibiakkan di dataran sedang membutuhkan shading net 75%, artinya intensitas cahaya yang masuk diharapkan cuma 25% saja. Sedangkan di dataran rendah, shading net yang dipasang 80 - 85%, cahaya yang masuk berkisar antara 15 - 20% saja.
Komposisi media tanam sebagai tempat tumbuh juga amat penting. Di antara para praktisi/penghobi memiliki banyak pendapat mengenai komposisi media tanam itu. Komposisi yang sederhana umumnya terdiri atas campuran sekam bakar, humus/kompos dan pasir (Malang/Bromo) dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Mengingat sistem perakaran Aglaonema menghendaki porositas media yang baik (porous) maka biasanya praktisi/penghobi/pemula memilih komposisi media yang terdiri atas campuran pakis cacah, pasir, sekam bakar, cocopeat dan kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1 : 1.
Tanaman Aglaonema termasuk unik, tanaman ini memiliki struktur genetika yang labil artinya kadang tanpa melalui perlakuan atau rekayasa khusus tanaman Aglaonema secara alamiah bisa mengalami mutasi genetik dengan sendirinya. Penampilan baru Aglaonema yang dinilai aneh dan unik karena mengalami mutasi itu justru menjadi incaran kolektor atau penghobi. Itu bisa terjadi karena faktor luar seperti penempatan pot yang berubah-ubah atau pemberian pupuk tambahan yang dosisnya berubah-ubah pula.
[caption caption="Donna carmens, Aglaonema hibrida lokal"]