Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Asyik Nonton MotoGP Pulangnya Ketinggalan Pesawat

5 November 2015   10:29 Diperbarui: 5 November 2015   11:03 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Para fans Valentino Rossi"][/caption]

Keseruan pertandingan olah raga balap MotoGP di Sirkuit Sepang Malaysia hingga saat ini masih saya rasakan. Meski belum terbiasa dengan olah raga balap motor paling bergengsi di muka bumi itu namun bila mengingat-ingat kembali tingkah pola saya dan beberapa kawan saat menyaksikan gelaran MotoGP pada 25 Oktober 2015 yang baru lalu membuat saya mesam-mesem sendiri betapa tidak, agar bisa melihat lebih jelas saya dan beberapa kawan yang terpisah dari anggota rombongan lain harus rela mondar-mandir, naik-turun tribun sambil berdesak-desakan dengan penonton lain.

Saya nekad menerobos kerumunan penonton yang bukan saja memenuhi tempat duduk yang ada tapi mereka juga memaksakan diri menonton dengan berdiri di jalan-jalan menuju tempat duduk. Para penonton itu menghalangi gerak penonton lain yang ingin meninggalkan tempat duduk mereka untuk keperluan tertentu, misalnya ke toilet atau mencari makanan. Mereka berebut posisi hanya untuk menyaksikan sang idola berlaga.

Belum puas menyaksikan di tribun penonton, kami kembali menuju paddock tunnel (pintu atau lorong paddock). Rupanya di lantai atas itu saya dan beberapa kawan juga belum secara jelas melihat para jawara seperi Valentino Rossi, Marc Marques, Jorge Lorenzo dan Dani Pedroza berlaga. Untung saja di sana juga terpasang instalasi siaran TV milik tim Movistar Yamaha. TV itu cukup membantu kami menyaksikan gelaran MotoGP secara lebih menyeluruh. Sambil sesekali kembali ke tempat semula untuk melihat langsung aksi para pembalap motor kelas dunia itu.

[caption caption="Para pendukung Marc Marquez"]

[/caption]

Tidak semua penonton dalam sirkuit bisa secara jelas melihat aksi dramatis antara Valentino Rossi dan Marc Marques yang mengguncangkan dunia per-MotoGP-an itu. Analisis insiden yang terjadi di antara keduanya baru secara jelas setelah menyaksikan tayangan-tayangan dari berbagai sudut pandang, baik melalui shooting helikopter atau kamera yang terpasang pada kendaraan sang pembalap.

[caption caption="Stasiun TV milik tim Movistar Yamaha"]

[/caption]

Kami bisa melihat secara jelas duel antara Rossi dan Marques ya melalui TV milik tim Movistar Yamaha di lantai atas itu. Para awak TV Movistar Yamaha saat itu juga terlihat sangat tegang dan serius memonitor jagoannya yang sedang berlaga di arena sirkuit. Hingga kini insiden MotoGP Sepang masih menyisakan polemik di antara kedua jago balap motor dunia itu. Para fans berat kedua kubu tim juga tak tinggal diam. Masing-masing saling mengklaim bahwa dirinyalah yang paling benar atas insiden itu.

Race direction (hakim pertandingan) akhirnya menjatuhkan penalti (hukuman) 3 poin untuk Rossi karena dianggap menjatuhkan Marques. Dengan hukuman itu, Rossi harus start dari posisi paling belakang pada kompetisi di Valencia, Spanyol pada 8 November 2015 mendatang. Rossi berkilah bahwa jatuhnya Marquez itu murni kesalahannya sendiri bukan karena ditendangnya. Kendaraan MotoGP itu sangat berat sehingga tidak mungkin dengan mudah terlempar keluar arena hanya karena sentuhan ringan. Kubu Rossi tak mau menerima penalti itu, mereka tetap ngotot mengajukan banding ke arbitrase (otoritas) olah raga internasional. Tapi petisi kubu Rossi itu tetap saja ditolak.

[caption caption="Bersiap-siap melaju dengan kencang"]

[/caption]

Banyak pengamat MotoGP mengatakan kalau perjuangan Rossi untuk meraih gelar juara MotoGP 2015 semakin berat. Pada turnamen di Valencia pada 8 November 2015 nanti ia harus start dari posisi paling belakang. Selain itu, selisih poin hanya terpaut 7 angka dari Jorge Lorenzo. Rossi memang menjuarai klasemen untuk sementara ini, ia mengumpulkan 312 poin sedangkan rekan setimnya, Lorenzo berhasil mengumpulkan 305 poin. Dalam siaran persnya, Rossi berjanji akan bermain all out (mati-matian) pada pertandingan di Sirkuit Valencia Spanyol mendatang. Ia tak mau mengecewakan para pendukungnya.

Mari kita lupakan sejenak hingar-bingarnya lomba balap MotoGP di Sirkuit Sepang 25 Oktober 2015 yang lalu, sebagai peserta tur yang diselenggarakan Federal oil bertajuk Federal Oil Goes to Sepang 2015 itu saya memiliki cerita lucu sebelum dan sesudah berangkat tur ke Sirkuit Sepang.

[caption caption="Menunggu antrian snack saat LA delay beberapa waktu lalu"]

[/caption]

Saat berangkat ke Jakarta pesawat LA yang saya tumpangi delay (tunda terbang), mestinya berangkat pukul 13.50 WIB (23/10/2015). Tapi harus menunggu pesawat yang datang dari Palu karena terkendala bencana kabut asap yang belakangan menimpa sejumlah wilayah di Indonesia. Akhirnya saya harus menunggu cukup lama, menurut keterangan petugas LA pesawat baru akan take off pada pukul 15.40 WIB.

Saya harus menunggu sekitar dua jam. Untungnya pihak LA berbaik hati, di saat menunggu datangnya pesawat dari Palu itu, para penumpang dengan tujuan Jakarta termasuk saya mendapatkan makanan ringan dan segelas air minum. Tapi kami semua harus antri. Nah giliran saya cuma mendapatkan sebungkus roti tanpa air minum. Kebetulan saya juga nggak membawa bekal minum seperti pada pengalaman sebelumnya.

[caption caption="Untung ada air siap minum di Bandara Soetta"]

[/caption]

[caption caption="Berfotoria dengan pilot LA saat tiba di KLIA 2"]

[/caption]

Mundurnya jadual penerbangan justru membawa kebaikan bagi saya. Saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng-Tangerang-Banten, dalam selang waktu yang tak terlalu lama saya bertemu beberapa rekan kompasianer asal Medan dan Malang. Rasa haus yang sejak dari Surabaya sore tadi saya tahan-tahan akhirnya terobati juga setelah menikmati air siap minum di Bandara Soetta. Rekan Hariadi asal Malang juga meneguk air itu.

Esok harinya (24/10/2015) peserta Federal Oil Goes to Sepang 2015 yang terdiri dari 50-an orang itu mulai berangkat menuju Sepang, Malaysia. Pada penerbangan menggunakan maskapai LA kali ini terasa begitu spesial. Maskapai LA yang identik dengan telat itu ternyata tidak terjadi pada keberangkatan hari itu. Bahkan saya dan dua rekan kompasianer bisa berkesempatan berfotoria dengan para pilot maskapai LA dalam ruang kemudi pesawat, keren kan!

[caption caption="Struk tiket dari maskapai BA"]

[/caption]

Cobaan belum selesai rupanya. Sepulang dari nonton balap MotoGP di Sepang (26/10/2015) pesawat LA yang kami tumpangi harus menunda penerbangan sekitar 20 menit akibat cuaca yang kurang bersahabat. Dalam pesawat kami memang melihat hujan sedang turun. Pihak TX Travel sebagai pelaksana acara tur sudah menginfokan kalau saya dan beberapa rekan mengalami perubahan jadual penerbangan. Untuk saya, penerbangan lanjutan yang sedianya ditetapkan pada pukul 18.20 diundur menjadi pukul 18.50 dengan menggunakan pesawat BA dan bukan LA lagi.

Seorang tur leader menyarankan agar saya nggak perlu pakai bagasi karena jadual yang mepet. Bila perlu pakai taksi saja untuk bisa segera menuju terminal 1C tempat di mana saya harus melanjutkan penerbangan lanjutan menuju Surabaya. Saya tetap menggunakan bagasi karena barang bawaan cukup berat. Saya tak berani membawanya dalam kabin pesawat karena setahu saya hanya dibatasi sampai kurang lebih 10 kilogram saja.

[caption caption="Tiket yang baru setelah terlambat terbang"]

[/caption]

Layanan shuttle bus dan bagasi yang menyita waktu akhirnya membuat saya gagal terbang ke Surabaya. Saya putuskan untuk melakukan rescheduling tapi dengan catatan tetap membayar sejumlah 470 ribu rupiah. Akhirnya saya dapat terbang lagi pada pukul 19.45 WIB. Setelah mengajukan permohonan kepada pihak pelaksana tur akhirnya Mbak Sarah dari TX Travel bersedia mengganti ongkos terbang lanjutan itu, Alhamdulillah.

Dari kejadian itu saya bisa mengambil hikmah bahwa untuk penerbangan lanjutan dengan selang waktu yang terlalu mepet sebaiknya segera melapor ke panitia agar menetapkan jadual terbang baru (revisi) dengan selang waktu yang cukup lama. Terus terang, saya tak memperhatikan hal itu saat kejadian. Atau bila perlu mengusulkan kepada pelaksana tur untuk memberi kesempatan menginap lagi di hotel dan baru terbang esok harinya. Pikir saya, lebih baik menunggu agak lama di bandara daripada harus batal terbang dengan alasan sepele. Naik taksi memang perlu agar cepat sampai dan jika kita membawa uang cukup, tapi kemacetan arus lalu-lintas saat menuju terminal 1C kadang tak teratasi meski menggunakan taksi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun