Belum hilang rasa kagum saya tentang uniknya kawasan Jalan Raden Intan-Bandar Lampung terutama keadaan trotoarnya yang diplester menggunakan keramik, penyusuran kembali saya lanjutkan menuju arah utara hingga sampai di sebuah persimpangan jalan.
Keadaan lalu lintas pagi itu masih lengang. Hanya sesekali kendaraan yang terlihat sedang melintas. Sebelum masuk persimpangan, saya melihat pemandangan yang sebelumnya belum pernah saya jumpai di tempat lain.
Di tempat itu berdiri tembok besar berukuran kira-kira 5 X 15 meter persegi dan menariknya tembok itu berhiaskan kaligrafi Islam sementara tembok disampingnya bergambar motif hewan dengan bentuk yang beragam. Bunga-bunga berwarna merah yang ada di bawahnya menambah cantiknya tembok itu.
Dari kejauhan bangunan masjid terlihat begitu menawan. Menaranya selain tinggi bentuknya juga unik. Dari jalan raya kedudukan masjid terlihat lebih tinggi. Di bawah tulisan Masjid Agung Al-Furqon yang berukuran besar itu ditempatkan taman-taman bunga berukuran kecil lengkap dengan ornamen batu alamnya.
Saat memasuki jalan menuju masjid terlihat ornamen kaligrafi Islam terlukis pada dinding tembok. Beberapa pohon palem raja berjajar rapi di hadapannya. Tanaman peneduh nan rindang juga terlihat di jalan masuk itu.
Meski berada di Bandar Lampung, Propinsi Lampung-Sumatera namun masjid ini juga mengadobsi semangat dari para pejuang Islam (Wali Sembilan) yang mensyiarkan Islam di Pulau Jawa.
Buktinya, di salah satu sudut masjid juga dibangun dinding berbentuk segitiga lengkap dengan ornamen indah serta bergambar para Wali Sembilan yang pernah memperjuangkan Islam di Pulau Jawa.
Saya bertambah kagum saja saat melihat ke dalam masjid. Berbeda dengan beberapa masjid besar di Pulau Jawa yang pernah saya singgahi, Masjid Al-Furqon memiliki mihrab (tempat imam sholat) yang begitu indah. Mimbar tempat penceramah (khotib) terbuat dari kayu jati dengan bentuk yang menarik.
Tampak seperti tiang-tiang kayu berukuran besar, berpolitur cokelat dan sebagian ada ornamen berukir. Sementara di dekatnya ditempatkan jam kuno (semacam Westminster) dengan pendulumnya yang besar itu.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H