Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Dawet Jepara Lebih Sueggeerr dan Beda!

27 Desember 2013   15:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:26 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_311738" align="aligncenter" width="550" caption="Inilah Dawet Jepara yang fenomenal itu"][/caption]

Nama Jepara mengingatkan kita akan tempat kelahiran Raden Ajeng Kartini, seorang pejuang emansipasi kaum wanita yang setiap tanggal 21 April kita peringati sebagai Hari Kartini. Masyarakat Indonesia juga mengenal kota ini karena kerajinan ukiran kayunya yang sangat handal.

Di antara para traveler pasti banyak yang mengagumi eksotisme Kepulauan Karimun Jawa. Nah wilayah Karimun Jawa ini masuk dalam Kabupaten Jepara. Jadi warga Jepara patut berbangga hati memiliki aset wisata berupa gugusan pulau nan cantik yang banyak disambangi turis domestik maupun mancanegara.

Dulu di Kota Jepara pernah hidup seorang wanita hebat pemimpin kerajaan besar, bernama Ratu Shima. Kawasan Jepara saat itu masih bernama Kerajaan Kalingga (Keling). Kerajaan Kalingga (Jepara) termasyur sampai ke mancanegara karena kesuburan dan kemakmurannya. Keadaan ini akhirnya menarik perhatian bangsa asing (Portugis) untuk mengeksploitir Jepara dan sekitarnya. Perlawanan demi perlawanan tak terelakkan hingga akhirnya Portugis terusir dari Pulau Jawa.

[caption id="attachment_311739" align="aligncenter" width="550" caption="Larutan gula jawa yang super manis"]

1388131355389989053
1388131355389989053
[/caption] Belakangan nama Jepara semakin melejit karena dari kota ini pula muncul kuliner khas berupa minuman dawet yang konon rasanya sedikit “berbeda” dengan minuman dawet (cendol) dari kebanyakan daerah di Indonesia. Disamping itu bisnis Dawet Jepara kini semakin merebak merambah kota-kota besar di Jawa bahkan sampai pelosok tanah air katanya. [caption id="attachment_311742" align="aligncenter" width="550" caption="Santen kental dan gurih"]
13881314401606092279
13881314401606092279
[/caption] Adakah yang spesial dari minuman dawet ini? Untuk itu saya berjalan-jalan ke Kota Gresik, karena di kota santri yang jauh dari Jepara ini ternyata lapak-lapak (gerobak) pedagang Dawet Jepara juga sudah mulai berjimbun di sana. Bak jamur yang berkembang pesat di musim hujan. Bisnis Dawet Jepara saat ini semakin menjanjikan. Gaya bisnisnyapun bersifat kemitraan, mirip bisnis frenchise (waralaba) perusahaan terkemuka seperti KFC atau Mc Donalds. [caption id="attachment_311745" align="aligncenter" width="413" caption="Madekur dan gerobaknya. Siap melayani pembeli"]
1388131606168930568
1388131606168930568
[/caption] Untuk membuktikan rasa penasaran saya tentang minuman dawet yang kini sedang booming itu, saya mencoba mencicipinya di pinggiran alun-alun Kota Gresik. Pak Madekur begitu pelanggan setia memanggil pedagang Dawet Jepara asal Kecamatan Kebomas-Gresik ini. Madekur biasa mangkal di kawasan alun-alun Gresik. Kadangkala ia berpindah-pindah membawa gerobak dawetnya dan memarkirnya di pinggir jalan strategis di Kota Gresik ini.

[caption id="attachment_311743" align="aligncenter" width="550" caption="Gerobak Dawet Jepara Madekur"]

13881315291700191367
13881315291700191367
[/caption] Awalnya saya kesulitan mengorek keterangan dari sang penjual dawet ini. Ia khawatir saya akan meniru bisnisnya yang laris manis itu. Setelah saya yakinkan akhirnya Madekur bersedia saya tanyai banyak hal tentang kuliner asli Kota Jepara itu. Madekur mengaku baru beberapa bulan ini menekuni usaha berjualan Dawet Jepara. Itupun ia hanya menjalankan usaha milik orang lain. Saat saya tanya tentang prospek usaha Dawet Jepara ini, Madekur lebih banyak bilang “Maaf Mas, itu urusan juragan saya” demikian ungkapnya kepada saya dengan sedikit nada keberatan.

Di pinggiran alun-alun Gresik banyak tersedia tempat duduk nyaman. Gerobak Madekur mangkal tidak jauh dari tempat duduk umum itu. Di situlah saya menikmati Dawet Jepara Madekur yang benar-benar spesial dan berbeda dengan minuman dawet lain yang pernah saya rasakan. Diam-diam saya mengamati pembeli yang berdatangan mengunjungi gerobak Madekur. Terlihat cukup ramai juga pengunjungnya. Pikir saya, meski musim hujan seperti ini minat orang terhadap minuman dawet ternyata lumayan banyak.

[caption id="attachment_311747" align="aligncenter" width="413" caption="Wadah dawet dan mangkuk keramik yang terbuat dari gerabah (tanah liat)"]

13881317492111946812
13881317492111946812
[/caption] [caption id="attachment_311748" align="aligncenter" width="550" caption="Hanya Rp.2500,- semangkuknya"]
13881318692057447449
13881318692057447449
[/caption] Harga semangkuk Dawet Jepara terbilang murah. Hanya Rp.2500,- saja. Menariknya, mangkuk maupun bejana untuk wadah dawet terbuat dari gerabah (tanah liat) yang menurut keterangan Madekur didatangkan langsung oleh juragannya dari Jawa Tengah (Jepara). [caption id="attachment_311749" align="aligncenter" width="550" caption="Tempatkan dawet dalam mangkuk lalu tambahkan gula jawa kental super manis"]
1388131962809072964
1388131962809072964
[/caption] Wadah dan mangkuk dari tanah liat konon menurut Madekur menambah rasa segar minuman dawet itu sendiri. Hal ini pula yang bikin pembeli ketagihan dan setiap mengunjungi alun-alun Gresik pasti tak akan melewatkan minuman dawet yang satu ini.

Kalau umumnya dawet terbuat dari tepung beras atau ketan, maka Dawet Jepara sedikit berbeda. Ia terbuat dari tepung sagu aren. Bila kita jeli merasakan maka teksturnya lebih halus dan kenyal rasanya, seolah ada campuran kanji di dalamnya.

[caption id="attachment_311751" align="aligncenter" width="550" caption="Jangan lupa es batu dan santannya yang kental"]

13881320812092182717
13881320812092182717
[/caption] Minuman Dawet Jepara akan lebih nikmat bila disajikan dalam keadaan dingin. Sang penjual biasanya menyertakan potongan-potongan kecil es batu. Larutan gula jawa yang super manis dan santan kental gurih ditambahkan di dalam mangkuk itu. Lebih maknyus lagi bila di atas (toping) es dawet yang siap hidang itu ditambahkan irisan buah nangka atau alpukat.

Pulang dari alun-alun Gresik badan terasa segar setelah menghabiskan dua mangkuk Dawet Jepara. Namun untuk mengantisipasi stamina yang loyo saya tetap makeitREAL dan selalu membawa Kratingdaeng dalam tas ranselsebagai minuman suplemen berenergi.

Dalam perjalanan pulang saya sempat merenung sejenak. Salut juga dengan usaha yang dijalankan oleh majikan Madekur. Berjualan Dawet Jepara merupakan salah satu bentuk usaha kecil dan menengah  yang patut dikembangkan dan dipertahankan. Selain karena dawet ini merupakan kuliner asli Indonesia yang wajib dilestarikan, bisnis Dawet Jepara juga menjadi sektor informal yang turut memperkuat perekonomian bangsa kita.

[caption id="attachment_311752" align="aligncenter" width="550" caption="Maka jadilah es Dawet Jepara yang sueger itu."]

13881321851015865799
13881321851015865799
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun