Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Unik, Kue Cucur Ala Sadikem

21 Februari 2015   01:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:48 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_398273" align="aligncenter" width="500" caption="Kue cucur masih dalam wajan penggorengan"][/caption]

Untuk menemukan pusat makanan (jajanan) khas Surabaya sangatlah muda. Ada beberapa tempat yang bisa Anda kunjungi. Salah satunya ada di trotoar Jalan Urip Sumoharjo. Tepatnya di depan Toko Arlisah.

Sayangnya para pedagang kaki lima di sini tak bisa dengan leluasa berjualan pasalnya mereka mangkal di trotoar. Bila sewaktu-waktu ada petugas maka resikonya lapak mereka ditertibkan. Habislah dagangan beserta gerobak dorongnya.

Namun Sadikem  punya kiat lain untuk mengantisipasi datangnya petugas ketertiban (kamtib) itu. Melalui informasi dari beberapa orang yang ia kenal seketika itu lapak dagangannya ia masukkan ke dalam gang kecil (Keputran Kejambon) di kawasan itu. Alhasil iapun lolos dari kejaran sang petugas.

Cukup lama Sadikem membuka lapak di trotoar Urip Sumoharjo itu. Ia mengaku meneruskan jejak orang tuanya yang belakangan ini sakit-sakitan dan sudah tidak kuat lagi untuk berjualan.

[caption id="attachment_398274" align="aligncenter" width="400" caption="Tetap bersemangat berjualan"]

14244319801851549264
14244319801851549264
[/caption]

Meski tidak bersekolah tinggi namun perempuan belia ini tak pernah menyerah pada nasib. Lapak kue cucur sederhana buatan orang tuanya ia buka kembali. Setiap hari lapaknya tak pernah sepi dari pembeli.

“Lumayan mas kenek gawe nempur” (lumayan mas bisa untuk beli beras) ungkap Sadikem dengan wajah tertunduk sedikit malu.

Kue cucur Sadikem terlihat beda dari biasanya. Ukurannya kecil tapi rasanya maknyus tenan. Tak kalah dengan rasa kue cucur Pasar Blauran Surabaya yang ukurannya lebih besar. Untuk sebuah kue cucur ia hargai Rp. 600,- tentu ini harga yang sangat terjangkau.

[caption id="attachment_398277" align="aligncenter" width="300" caption="Pedagang kaki lima di trotoar Urip Sumoharjo"]

14244321641310304779
14244321641310304779
[/caption]

Bagi Anda yang doyan berwisata kuliner dan kebetulan melenggang di kawasan Urip Sumoharjo Surabaya maka tak ada salahnya mampir ke kawasan itu. Sambil berbelanja perabot rumah tangga di Toko Arlisah, Anda bisa mencicipi lezatnya kuliner atau jajanan trotoar khas Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun