Ditangan Duterte, para Godfather narkoba dibuat tak berkutik. Pergerakan mereka dikunci habis tanpa ampun dengan cara-cara brutal dan sadis ala mafia Sisilia yang diterapkan oleh Rodrigo Duterte. Duterte berjanji akan membunuh 100.000 bandar dan pengedar narkoba dalam kurun waktu enam bulan pertama masa pemerintahannya. Caranya adalah dengan membunuh mereka semua.
Setiap hari, 30 orang dibantai di Filipina dan mayat-mayat mereka sengaja dibiarkan bergelimpangan dijalanan di kawasan kumuh sebagai efek jera. Bukan hanga itu saja, disamping jasad para bandar dan pengedar narkoba ditemukan kertas yang bertuliskan peringatan bagi siapa saja agar jangan coba-coba terlibat dalam bisnis narkoba.Â
Dalam program 100 hari kerja setelah resmi terpilih menjadi Presiden Fiipina, Duterte berjanji kepada rakyat yang memilihnya bahwa ia akan membasmi kejahatan narkoba dengan langsung tembak mati ditempat tanpa harus ke Pengadilan untuk menghemat APBN dan meringankan beban negara memberi makan para bandit itu dalam penjara.
Kalau di Indonesia, program 100 hari kerja Presiden terpilih lebih difokuskan kepada pertumbuhan ekonomi dan percepatan pembangunan infrastruktur disegala bidang, namun itu tak berlaku bagi Dutarte. Menurutnya perekonomian bangsa tak akan tumbuh jika masih ada racun narkoba yang merajalela dalam pemerintahannya.
Sehari setelah Duterte dilantik jadi Presiden Filipina pada hari yang ketigapuluh dibulan yang keenam ditahun yang ke 2016, ratusan pejabat negara, mulai dari Walikota, anggota DPR (Parlemen), Polisi, dan militer yang membekingi bisnis narkoba menyerahkan diri karena ketakutan ditembak mati oleh Duterte.
Dalam pidato kenegaraannya setelah dilantik menjadi Presiden Filipina, Duterte mengultimatum kepada semua pejabat negara yang terlibat dalam jaringan bisnis narkoba untuk segera menyerahkan diri dalam tempo waktu 1x24 jam. Jika dalam tempo waktu 1x24 jam, ultimatumnya itu diabaikan, maka ia akan memerintahkan Polisi untuk memburu dan membunuh mereka.
Akibatnya fatal, sebanyak 27 Walikota, 31 pejabat tinggi Kepolisian, 2 pensiunan Jenderal militer, Hakim serta anggota DPR (Parlemen) akhirnya menyerahkan diri dengan wajah pucat pasi. Mereka ketakutan setelah dijadikan target pembantaian oleh Duterte.
Selain mengancam para pejabat negara yang terlibat bisnis narkoba, Dutarte juga mengadakan sayembara berhadiah sebesar 2 juta Peso Filipina atau sekitar kurang lebih 570 juta Rupiah bagi siapa saja yang berhasil menangkap para bandar dan pengedar narkoba, hidup atau mati.
Bukan hanya mengadakan sayembara berhadiah saja, Dutarte juga membentuk tim khusus untuk menembak mati para pengedar narkoba di jalanan, seperti Petrus dijaman Soeharto (1980-1983). Sampai saat ini tercatat lebih dari 420 bandar narkoba yang tewas ditembak dijalanan oleh pasukan khusus anti narkoba yang dibentuknya itu.