Presiden Filipina Rodrigo Duterte kini lagi naik daun. Ia menjadi sosok yang sangat terkenal dan menjadi buah bibir diseluruh penjuru dunia saat ini. Namanya tiba-tiba mencuat ke permukaan gegara sepak terjangnya yang brutal dan sadis ala Gangster mafia Sisilia untuk memutus mata rantai jaringan narkoba di negara yang dipimpinnya. Banyak yang memujanya, tak sedikit pula yang menghujatnya. Namun berkat sistem tangan besi Presiden yang dijuluki "The Punisher" itu sejak resmi menjadi orang nomor satu di Filipina pada tanggal 30 Juni 2016, sebanyak 2000 bandar dan pengedar narkoba tewas ditembak. Selain itu, 4.400 orang dijebloskan ke balik jeruji besi, dan 114.833 bandar dan pengedar narkoba yang masih berkeliaran dijalanan menyerah tanpa syarat dengan menyerahkan diri ke Polisi karena ketakutan dibantai Duterte.
Siapapun akan ia hadapi jika menentang pola eksekusi ala pengadilan jalanan yang ia terapkan di negaranya.
Mantan Walikota yang Hobi Bunuh Penjahat
Sebelum dIdaulat penuh oleh rakyat Filipina menjadi Presiden mereka, Rodrigo Duterte adalah mantan Walikota selama empat periode di Davao City, Filipina. Ia punya hobi yang tergolong unik dan nyeleneh, yaitu memburu dan membunuh bandar dan pengedar narkoba dengan motor Harley Davidson miliknya.
Duterte menjabat sebagai Wali Kota Davao City sejak 2001. Diawal pemerintahanya sebagai Walikota Davao City, ia melegalkan pembunuhan terhadap para pelaku kejahatan narkoba, serta melakukan sayembara berhadiah bebas pajak bagi warga sipil yang berhasil menghabisi para bandar dan pengedar narkoba.
Mereka akan diberi bonus tambahan jika kepala para Bandar Narkoba diserahkan dalam peti es supaya tidak bikin bau kantor Polisi. Maka berbondong bondonglah warga Davao City menjadi Bounty Hunter (Pemburu Hadiah) seperti di film Renegade-nya Lorenzo Lamaz itu.
Ribuan bandar dan pengedar narkoba kelas kakap akhirnya ngacir dan menghilang dari Davao City karena mengalami kengerian yang mendalam akibat diteror hantu Duterte. Bagi para kartel narkoba, apa yang dilakukan Rodrigo Duterte itu bagaikan siksa neraka di bumi.
Sebelum Duterte menjabat sebagai Walikota, Davao City memiliki tingkat kejahatan narkoba tertinggi di Filipina. Bukan hanya itu saja, di sekitar Davao City, ada basis pasukan separatis Front Muslim Moro yang melakukan bisnis narkoba untuk mendanai gerakan mereka.
Kota ini juga dikepung perairan Sulu, wilayah kekuasaan Abu Sayyaf yang paling rawan pembajakan di dunia setelah Somalia. Kini Davao City adalah kota yang paling aman di Asia Tenggara seperti yang dirilis oleh New York Times.
Sepak Terjang Duterte yang Bikin Kartel Narkoba Terkencing-kencing Dicelana
Ditangan Duterte, para Godfather narkoba dibuat tak berkutik. Pergerakan mereka dikunci habis tanpa ampun dengan cara-cara brutal dan sadis ala mafia Sisilia yang diterapkan oleh Rodrigo Duterte. Duterte berjanji akan membunuh 100.000 bandar dan pengedar narkoba dalam kurun waktu enam bulan pertama masa pemerintahannya. Caranya adalah dengan membunuh mereka semua.
Setiap hari, 30 orang dibantai di Filipina dan mayat-mayat mereka sengaja dibiarkan bergelimpangan dijalanan di kawasan kumuh sebagai efek jera. Bukan hanga itu saja, disamping jasad para bandar dan pengedar narkoba ditemukan kertas yang bertuliskan peringatan bagi siapa saja agar jangan coba-coba terlibat dalam bisnis narkoba.Â
Dalam program 100 hari kerja setelah resmi terpilih menjadi Presiden Fiipina, Duterte berjanji kepada rakyat yang memilihnya bahwa ia akan membasmi kejahatan narkoba dengan langsung tembak mati ditempat tanpa harus ke Pengadilan untuk menghemat APBN dan meringankan beban negara memberi makan para bandit itu dalam penjara.
Kalau di Indonesia, program 100 hari kerja Presiden terpilih lebih difokuskan kepada pertumbuhan ekonomi dan percepatan pembangunan infrastruktur disegala bidang, namun itu tak berlaku bagi Dutarte. Menurutnya perekonomian bangsa tak akan tumbuh jika masih ada racun narkoba yang merajalela dalam pemerintahannya.
Sehari setelah Duterte dilantik jadi Presiden Filipina pada hari yang ketigapuluh dibulan yang keenam ditahun yang ke 2016, ratusan pejabat negara, mulai dari Walikota, anggota DPR (Parlemen), Polisi, dan militer yang membekingi bisnis narkoba menyerahkan diri karena ketakutan ditembak mati oleh Duterte.
Dalam pidato kenegaraannya setelah dilantik menjadi Presiden Filipina, Duterte mengultimatum kepada semua pejabat negara yang terlibat dalam jaringan bisnis narkoba untuk segera menyerahkan diri dalam tempo waktu 1x24 jam. Jika dalam tempo waktu 1x24 jam, ultimatumnya itu diabaikan, maka ia akan memerintahkan Polisi untuk memburu dan membunuh mereka.
Akibatnya fatal, sebanyak 27 Walikota, 31 pejabat tinggi Kepolisian, 2 pensiunan Jenderal militer, Hakim serta anggota DPR (Parlemen) akhirnya menyerahkan diri dengan wajah pucat pasi. Mereka ketakutan setelah dijadikan target pembantaian oleh Duterte.
Selain mengancam para pejabat negara yang terlibat bisnis narkoba, Dutarte juga mengadakan sayembara berhadiah sebesar 2 juta Peso Filipina atau sekitar kurang lebih 570 juta Rupiah bagi siapa saja yang berhasil menangkap para bandar dan pengedar narkoba, hidup atau mati.
Bukan hanya mengadakan sayembara berhadiah saja, Dutarte juga membentuk tim khusus untuk menembak mati para pengedar narkoba di jalanan, seperti Petrus dijaman Soeharto (1980-1983). Sampai saat ini tercatat lebih dari 420 bandar narkoba yang tewas ditembak dijalanan oleh pasukan khusus anti narkoba yang dibentuknya itu.
Dalam upayanya membersihkan racun narkoba di negara yang dipimpinnya, Duterte tak peduli dengan HAM. Duterte bertekad ingin menjadikan Filipina sebagai neraka jahanam bagi para bandar narkoba dengan tidak memberi mereka nafas kehidupan.
"Saya akan membuat mereka terkapar di tanah, jika itu yang mereka mau," ujar Duterte singkat dengan rahang terkatup rapat.
Sadis nih Presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H