Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebab Salin Rekat Tulisan Orang Lain Masih Marak Terjadi

8 Agustus 2016   14:35 Diperbarui: 8 Agustus 2016   23:09 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock

Dalam dunia penulisan, baik itu di media sosial, maupun penulisan dalam Kolom Opini Pembaca di Surat Kabar, Esai, Karya Ilmiah, termasuk juga Fiksi, penyakit akut yang masih marak terjadi yaitu penyakit menyalin rekat tulisan orang lain menjadi milik sendiri.

Ini penyakit jelek yang tak lekang oleh waktu dan tak akan akan punah di segala jaman oleh golongan para peniru. Kalau nggak ketahuan ya nggak masalah, tapi kalau sekali ketahuan, malunya itu lho, bukan hanya menjadi cibiran orang lain, akan tetapi juga kehilangan kepercayaan dan minat baca dari para pembaca terhadap tulisan-tulisan para golongan peniru itu.

Soal tiru meniru ini bukan hanya kebiasaan buruk yang terjadi di negeri ini, akan tetapi di belahan dunia manapun soal prilaku busuk salin rekat juga dilakukan tanpa rasa malu dan tanpa terbersit secuilpun rasa bersalah.

Contohnya pidatonya Melania Trump dalam acara konvensi Partai Republik Amerika Serika di Cleveland, Ohio pada hari Selasa, 19 Juli 2016, yang menyalin rekat isi pidato Michelle Obama dalam kovensi Partai Demokrat pada tahun 2008 yang silam.

Sebab Seseorang Memiliki Prilaku Salin Rekat Tulisan Orang Lain

Tentunya ada sebab musabab yang membuat seseorang tanpa rasa malu dan tanpa rasa bersalah menyalin rekat karya orang lain, yaitu setidaknya dari parameter sudut pandang aku berikut ini;

1. Malas Mikir

Biasanya tukang copas rata-rata adalah pribadi yang malas berpikir, malas yang ribet-ribet, serta menggampangkan segala masalah, sehingga daya kritis dan kreatifitas mereka pun mati. Disaat mereka punya keinginan yang kuat untuk ikut tampil di media sosial dan nimbrung menulis sesuatu, maka yang mereka lakukan adalah mencuri karya tulisan orang lain dengan menjelajah Google.

Ketika mereka menemukan artikel orang lain yang menarik, maka tanpa pikir panjang langsung mereka salin dan rekat tulisan itu ke media sosial milik mereka. Kreatifitas mereka pun mati tanpa mampu inovasi membuat tulisan yang orisinil dari sudut pandang mereka sendiri. Jenis penulis malas mikir macam begini ini banyak kita temui, baik itu di Facebook, termasuk di Kompasiana ini.

Di Facebook justru lebih parah lagi, jangankan tulisan, status Facebook yang hanya secuil saja yang ala Mario Teguh itu pun banyak yang saling copas.

2. Suka Dengan Artikel yang Disalin Rekat

Kecendrungan lainnya, yaitu disebabkan karena mereka menyukai tulisan yang mereka embat itu. Karena saking sukanya, maka tanpa pikir panjang lagi mereka langsung menyalin rekat tulisan itu ke media sosial milik mereka.

3. Suka Dengan Gaya Bahasa Tulisan

Selain menyukai tulisan yang disalin rekat, indikator laiinnya yaitu karena adanya kecendrungan menyukai gaya bahasa yang indah, lincah, ringan, dan enak dibaca yang dituturkan dalam suatu tulisan.

Karena terpesona dengan gaya bahasa dan penuturannya itulah yang membuat seseseorang memiliki keinginan yang begitu kuat dalam dirinya untuk memilikinya dengan menyaliin rekat tulisan itu ke blog-blog mereka.

4. Mengagumi Sang Penulis

Ini juga merupakan salah satu indikator yang membuat seseorang menjadi gelap mata menyalin rekat tulisan milik orang lain karena mengagumi sang Penulisnya, atau dengan kata lain penggemar berat sang Penulis tersebut.

Di media sosial dewasa ini ada sebegitu banyaknya penulis hebat yang punya kemampuan meramu gaya bahasa yang lincah, ringan, dan mengalir lancar sehingga digemari oleh banyak orang termasuk para Silent Reader mereka. Akibatnya fatal, tulisan-tulisan para penulis berbakat tersebut digondol secara diam-diam. Ini realita yang memiriskan hati dan sangat sering terjadi.

Cara Menghilangkan Penyakit Salin Rekat yang Akut

Yang pertama, kalau Anda orang beragama tentunya paham bahwa mencuri adalah dosa. Itu dulu yang harus kita sepakati bersama. Sebenarnya sudah sering diulas oleh para penulis kiat-kiat menulis tanpa perlu penjelasan panjang kali lebar disini karena ide menulis itu bisa diperoleh dari mana saja. Aku pernah mengulasnya disini, silahkan disimak jika berkenan.

Cobalah berupaya untuk membuat tulisan sendiri tanpa dibayang-bayangi oleh penulis favorit Anda dan gaya penuturannya. Tulis saja apa yang kamu mau tulis, terserah orang lain mau sengak atau ngakak. Kreatifitas adalah tungku keleluasaan yang absolut dalam dirimu yang mampu melepaskan segala beban yang membelenggu alam bawah sadarmu.

Buatlah tulisan apa saja tanpa perlu merasa ragu dengan gaya bahasamu, tanpa perlu merasa pusing dengan Grammar dan tata bahasamu yang menurutmu terkesan kaku. Hajar saja. Semakin sering kamu menulis sesuatu, maka semakin hari akan semakin baik dan semakin terlatih, baik itu pola penulisanmu, pola berpikirmu, serta gaya bahasamu akan semakin terstruktur rapih.

Membuat tulisan dengan gaya bahasa sendiri dan orisinil itu lebih nikmat daripada meramu tulisan orang lain, diputar-putar, dipoles-poles, dibolak balik posisi paragraphnya dari atas kebawah atau dari bawah keatas, dan berbagai macam modus lainnya. Sudahlah, kawan, hilangkan habit jelek itu.

Manusia diberi anugerah akal dan hikmat oleh Yang Maha Kuasa. Dengan sering melatih pola berpikir Anda dengan menulis sesuatu setiap hari, apapun jenis tulisanmu itu, maka suatu hari nanti situasinya akan berbanding terbalik, tulisan Anda yang akan diembat orang lain. Percayalah, aku sudah pernah merasakannya, derita lahir dan bathin, pahit, getir, serta nikmatnya karya-karya ku yang digondol maling.

Ya sudah itu saja.

Terima kasih sudah menyimak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun