Tadi malam selepas maghrib aku meluncur ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan, nyari sayur kesukaan aku yaitu sayur Pucuk Labu sama sayur Selada Air. Dua jenis sayur ini agak langka di Jakarta, nyarinya kalau nggak di Supermarket, ya harus ke pasar rakyat seperti Pasar Minggu.
Di Pasar Minggu semua jenis sayur mayur, buah-buahan, ikan, daging, dan segala dagangan semuanya ada, harganya pun harga rakyat jelata, Soale kalau mengharapkan pedagang sayur keliling paling yang dijual itu-itu saja, Kangkung, Sawi, Kol, Brokoli, dan Kacang Panjang. Bosan aku.
Setelah selesai belanja sayur Pucuk Labu dan Selada Air, ketika akan pulang ku lihat banyak pedagang batu Akik dan tukang poles batu Akik menggelar lapak mereka disepanjang jalanan Pasar Minggu.
"Bro, poles berapa duit?"
"Ceban, bang", jawab si tukang poles sembari tetap fokus memoles batu Akik di mesin poles didepannya.
"Murah juga ya, bro. Kalau dulu sekali poles Rp 40.000"
Ia tersenyum, "Itu kan dulu, bang, karena lagi musim aja. Kalau sekarang mah enggak mau orang dengan harga segitu"
"Kalau sekarang yang maen batu paling para pemaennya aja sama yang benar-benar hobbi. Kalau dulu kan orang-orang cuma pada ikut rame doang."
"Oohh pantesan ya, bro. Ya sudah dipoles ya", aku melepas cincin dari jari ku dan menyerahkannya ke dia.
Ia tampak meneliti sesaat batu Bacan aku itu.
"Udah cakep nih bang Bacannya. Udah tembus dan kristalnya udah mau keluar". Ia menyenter batu Bacan aku dengan senter kecil dari bawah ikatan cincin.
"Sudah lama itu, bro. Sudah setahun lebih ku pakai", jawab ku.
"Kalau dijual harganya tinggi nih, bang. Bacan mah harganya tetap stabil", sembari ia melepas batu Bacan itu dengan ketokan palu kecil dari ikatan cincin dengan hati-hati dan perlahan-lahan.
Sambil menunggu ia memoles batu Bacan aku, aku lalu jalan-jalan keliling melihat-lihat pedagang batu Akik lainnya sembari nanya ini itu kok batu Akik masih ramai saja ini.
Salah satu pedagang yang ku tanyai menjelaskan kenapa batu Akik tak pernah mati musimnya karena sejak jaman dulu kala orang sudah pakai batu Akik. Beda dengan orang yang hobi pelihara burung dan ikan hias, hanya musiman saja dan juga ada batasan umur, sedangkan batu Akik justru semakin tua semakin indah.
Ya sudah itu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H