[caption caption="Senjakala Taksi Berargo| Ilustrasi: Reuters"][/caption]Ribut-ribut soal Taksi berbasis online yang bikin gerah para pengusaha taksi di ibukota negara ini, sejatinya menjadi cambuk dan pecut bagi para pengusaha Taksi berargo untuk berinovasi disesuaikan dengan tuntutan jaman, karena perkembangan teknologi saat ini tak dapat dipungkiri lagi telah menjadi basis kebutuhan utama setiap orang yang aktifitasnya padat di kota besar seperti Jakarta ini.
Dulu itu ya kalau kita mau belanja ke Mall atau Supermarket, maka kita harus susah payah naik angkutan umum, berpanas-panas ria dempet-dempetan dalam angkot, atau berhujan-hujanan sambil bawa payung, menuju Mall atau Supermarket untuk belanja, namun kini hanya dengan beberapa kali klik di HP, barang yang kita butuhkan diantar sampai didepan pintu rumah.
Dulu kalau kita mau transfer uang ke kerabat atau sobat setia yang membutuhkannya, atau bayar layanan televisi berbayar, bayar listrik, bayar kartu kredit, dan lain sebagainya, kita harus susah payah naik angkutan umum ke ATM terdekat, plus rela ngantri sambil mengelus dada dan tepok jidat menunggu orang didepan kita yang dengan cueknya berlama-lama menyelesaikan segala jenis transaksi, namun kini hanya dengan beberapa kali klik di HP, maka bereslah semua urusan melalui aplikasi Mobile Banking.
Kalau dulu kita mau mengikuti berita-berita aktual terkini, maka mau tak mau kita harus berlangganan koran harian dan bayar bulanan, namun kini hanya dengan beberapa kali klik di portal-portal berita online di HP, maka dalam hitungan menit berbagai jenis berita terbaru yang aktual dan fresh fom the oven, sudah tersaji dan terpampang dengan jelas didepan mata.
Kalau dulu kita mau telpon pacar, maka kita harus bersusah payah menukar koin di warung-warung, atau pura-pura beli permen di kios-kios supaya dapat kembalian dalam bentuk koin, lalu menuju telpon umum dipinggir jalan, namun kini hanya dengan beberapa kali klik di BBM, WA, dan media-media chatting lainnya, kita sudah bisa berhai hai ria dengan yayang sang kekasih pujaan hati.
Kalau dulu kita mau menulis aktifitas harian kita supaya bisa dikenang sepanjang masa, maka kita harus bersusah payah naik angkot ke Toko Buku untuk beli pulpen dan buku Diari, namun kini hanya dengan beberapa kali klik di HP, Â kita sudah bisa menulis segala jenis aktifitas harian kita di blog-blog online dan media-media sosial.
Begitu pula dengan angkutan umum saat ini, kalau dulu kita mau naik ojek, maka kita harus nyari dulu ojek ke pangkalan, lalu tawar menawar harga sampai mulut berbusa eker-ekeran ribut soal tarif, karena tak ada tarif tetapnya itu, baru bisa kita berangkat menuju tujuan.
Kini hanya dengan beberapa kali klik, maka dalam hitungan menit, abang ojek online sudah menelpon dengan ramah siap menjemput diantar ke tujuan, dimana kita tak perlu khawatir lagi berapa harganya karena di aplikasi ojek online sudah tertera harga yang sangat murah dengan adanya program discount sampai tujuan.
Oleh sebab itu, para pengusaha taksi berargo saat ini enggak usah lah kebakaran jenggot karena fulus dan kepeng semakin berkurang masuk ke dompet, lalu muring-muring, memprovokasi pemerintah segala, dan menyuruh semua sopir taksinya mogok dengan tujuan untuk menjegal taksi berbasis online supaya enggak merebut piring makan mereka. Padahal semua orang juga butuh makan, right?
Namun upaya apapun yang dengan segala macam cara, baik secara curang maupun resmi, yang ditempuh oleh para pengusaha taksi berargo yang kelihatannya saat ini sudah mulai depresi tingkat dewa sehingga cenderung keblinger, yang jelas tak akan mampu membendung laju kemajuan teknologi angkutan taksi berbasis aplikasi. Ini sudah takdir tuntutan jaman, boss. Tak bisa kalian pungkiri itu.
Yang jelas, intinya semua orang ingin hidupnya praktis, enggak ribet, dan semua urusan cepat kelar dan beres dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya. Kalau terbentur dengan aturan main dan perundang-undangan yang berlaku di negeri ini, ya disesuaikan dong aturan itu terkait angkutan umum berbasis aplikasi. Mekanismenya bagaimana, silahkan duduk bersama dan diskusikan dengan instansi-instansi pemerintah terkait.
Toh aturan maupun perundang-undangan itu kan manusia juga yang bikin, bukan? Lantas kenapa harus dibuat ribet, seolah-olah itu aturan dan perundang-undangan adalah Sabda yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang tak bisa dirubah dan diutak-atik lagi.
Saat ini saja jumlah taksi di Jakarta berjumlah 12.000 unit, padahal idealnya kebutuhan taksi di Jakarta ini seharusnya 24.000 unit. Ini hitung-hitungannya Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, bukan hitung-hitungannya Mawalu. Jadi kalau kebutuhan taksi berargo saja masih kurang, kenapa taksi online yang murah dan nyaman dan sangat membantu masyarakat perkotaan yang aktifitasnya tinggi itu harus diberangus?
Jujur saja aku merasa heran. Heran dengan fenomena monopoli bisnis yang semau-maunya mereka. Padahal masalah dengan taksi berargo tuh ya banyak banget, tak perlu lah ku jelaskan satu persatu disini, karena semua orang yang pernah mengalami layanan taksi berargo sudah pasti merasakannya, mulai dari argo kuda, pilih-pilih penumpang, jarak dekat enggak mau, suka mutar-mutar supaya argonya bengkak dengan alasan menghindari macet, sering pula mobilnya sudah tua, jelek, AC nya nggak jalan hanya angin doang, dan bau ketek pula. Ini realita, bukan rekayasa.
Itu belum termasuk kelangkaan taksi di pagi hari ketika akan berangkat kerja, serta kelangkaan taksi di Bandara Soekarno-Hatta, khususnya kalau pesawat kita mendaratnya di sore hari, nyari taksi macam nyari jarum dalam jerami saja. Sombongnya minta ampun para sopir taksi yang berwarna biru itu, sok-sokkan pasang raut wajah angkuh dan enggak butuh penumpang. Amit-amit jabang babon.
Sekarang baru modar mereka ngerasain pahit getirnya dihajar taksi berbasis aplikasi. Enggak ada taksi, tinggal ambil HP, dari dalam saku, lalu klak klik klak klik, maka muncullah taksi mobil pribadi yang nyaman dan murah. Tinggal tunggu waktunya saja taksi berargo itu almarhum dan Rest In Peace dilindas teknologi sesuai perkembangan jaman yang semakin hari semakin cangih ini.
Keberadaan layanan taksi mobil pribadi berbasis aplikasi yang murah dan nyaman saat ini sangat dibutuhkan dan telah menjadi ketergantungan oleh masyarakat modern yang aktifitasnya padat di perkotaan seperti Jakarta ini. Saat ini adalah masa senjakala taksi berargo, pahit memang, tapi tuntutan jaman tak bisa Anda mengakalinya apalagi dipungkiri.
Namun bagaimanapun juga, para pengusaha taksi online, jangan lupa bayar pajak juga. Karena negara ini hidup dan survive dari pajak. Anda dibantu, maka negara juga harus Anda bantu, supaya urusan kalian jadi lancar, enggak dipersulit oleh instansi-instansi pemerintah terkait.
Itu saja kuncinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H