Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bedanya Perempuan Sundal di Jaman Yesus dan Gayus Tambunan

23 September 2015   17:54 Diperbarui: 30 September 2015   17:00 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang perempuan sundal yang kedapatan lagi berzinah ke hadapan Yesus.

Mereka berkata kepada Yesus bahwa perempuan sundal itu ketangkep basah lagi ML dengan pria lain yang bukan mukhrimnya.

Dan sesuai dengan ajaran Musa dalam hukum Taurat, perempuan macam begini ini harus dirajam dan dilempari dengan batu sampai mati.

Maka berkatalah Yesus kepada mereka, jikalau ada diantara kalian yang tak pernah berbuat dosa, silahkan lempari perempuan ini duluan.

Maka pergilah satu per satu para Ahli Taurat dan orang Farisi itu meninggalkan Yesus dan perempuan sundal itu sendirian. Yesus lalu berkata kepada perempuan itu, pulanglah dan jangan berbuat dosa lagi.

Itu terjadi ribuan tahun yang lalu di jaman Yesus orang Nazareth di tanah Yehuda. Kalau dijaman sekarang di perbatasan antara Israel dan Palestina.

Seandainya Yesus hidup dijaman Wifi yang serba touch screen saat ini, dan misalkan saja lae Gayus Tambunan yang koruptor itu dibela Yesus, dan berkata kepadanya, "Pulanglah dan jangan berbuat dosa lagi", kemungkinan besar lae Gayus Tambunan akan bersorak kegirangan dalam hati.

Maka pulanglah Gayus sambil tersenyum happy, lalu diambilah gadgetnya yang Iphone 5s yang casingnya berwarna putih itu dari saku bajunya, lalu login ke Kompasiana dan menulis artikel tentang manfaat menelan sperma, sambil janjian kopdaran dengan para kompasianer wanita matang manggis nan kinyis-kinyis.

Whatever the reason is, bagiku koruptor lebih menjijikkan dari perempuan sundal, apapun alasannya. Terserah kalian mau bilang apa.

Memang bukan kapasitas aku menghakimi orang disini, semua orang juga pernah berbuat salah dan dosa, termasuk diriku yang hina dina ini, akan tetapi ditinjau dari sudut pandang manapun tindakan koruptor tak dapat dibenarkan.

Bagaimana enggak sakit hati ini, setiap pagi bangun subuh supaya tak terlambat ke kantor, pulang ke rumah sudah malam akibat kemacetan yang mendera, kelelahan bekerja seharian banting tulang demi sesuap nasi, dan hasil kerja keras itu dipotong pajak penghasilan supaya negara ini bisa survive, namun uang hasil keringat kita, hasil kerja keras banting tulang dari pagi sampai malam itu justru dicuri dengan semena-mena oleh manusia berhati busuk dan licik macam si Gayus Tambunan itu?

Dimana perasaan dan hati nurani kalian ketika orang yang mencuri hasil keringat kalian terlihat begitu happy minum es kelapa kopyor dan Ikan Baronang yang mungkin saja dibayar dari hasil keringat kita yang telah ia curi dengan cara yang sedemikian kejinya?

Jadi jikalau ada diantara kalian yang masih membela si kutu kupret yang menjijikkan itu, artinya kalian tak jauh berbeda busuknya dengan manusia licik yang serakah dan tak punya hati nurani itu.

Masih lebih terhormat menjadi perempuan sundal daripada harus menjadi seorang Gayus Tambunan, apalagi sampai membelanya dengan gaya bahasa tersamar yang mendayu-dayu dan mencabik-cabik perasaan hanya lantaran atas dasar pertemanan didunia maya, dunia yang penuh dengan kepalsuan ini, dan hanya karena nama kalian sering disebut-sebut di artikel-artikelnya yang penuh dengan kepalsuan dan tipu muslihat itu?

Dimana akal sehat kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun