Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dan Partai Kristen Pun Keok

2 April 2014   05:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda masih ingat Partai Damai Sejahtera? Partai ini adalah salah satu partai politik di negeri ini yang berazaskan Pancasila dengan nilai-nilai kekristenan. Namun ditengah bahtera perjalanan politik mereka, Partai itu didera badai taufan dunia yang sedasyat badai angin ribut di danau Galilea ketika Yesus tertidur di perahu.

Partai yang berlambangkan Salip dan burung merpati itu merupakan leburan dari sepuluh Partai Kristen Kelas Bantam yaitu Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Kristen Demokrat, Partai Kesatuan Demokrasi Indonesia, Partai Demokrasi Kristen Nasional, Partai Demokrasi Kasih Bangsa, Partai Anugerah Demokrat, Partai Kemerdekaan Rakyat, dan Partai Kristen Nasional.

Dalam perjalanan karir politik mereka di negeri ini, Partai Damai Sejahtera dihajar konflik internal yang bertubi-tubi tanpa henti yaitu akibat adanya persaingan merebut kursi kepemimpinan PDS antara kubu Ruyandi Hutasoit dan kubu Rahmat Manullang. Di ujung perseteruan mereka, KPU akhirnya memutuskan hanya mengakui Ruyandi Hutasoit sebagai Ketua Umum PDS.

Rahmat Manullang yang sewot dan uring-uringan karena gagal total merebut kursi kepemimpinan PDS itu akhirnya melakukan manuver somasi hukum dengan menggugat kubu Ruyandi Hutasoit termasuk pula Menkumham Andi Matalatta karena menurutnya mereka telah semena-mena menzolimi dirinya dengan menerbitkan Surat Keputusan bahwa Ruyandi Hutasoit yang dianggap sah sebagai Ketua Umum PDS.

Perseteruan pucuk pimpinan bukan hanya antara Rahmat Manullang dan Ruyandi Hutasoit saja, akan tetapi Ruyandi Hutasoit juga berseteru dengan Gerry Mbatemooy, Pejabat Sementara Ketua Umum PDS yang dilantik secara sepihak, sehingga semakin porak porandalah kondisi internal partai berlambang Salip dan burung merpati itu.

Motivasi mereka yang sebelumnya murni memperjuangkan kebenaran, keadilan demi kepentingan umat Kristiani di negeri ini akhirnya tumbang rata dengan tanah akibat sepak terjang kepentingan pribadi mereka demi hasrat kedagingan dan duniawi di dunia yang fana ini.

Mungkin saja Tuhan marah dengan perjuangan mereka yang telah melenceng jauh, sehingga Tuhan pun memporan-porandakan partai itu sama seperti memporan-porandakan bahasa manusia yang berupaya membangun Menara Babel menuju puncak langit tertinggi untuk menggapai Tuhan.

Konflik internal dalam partai itu menyebabkan partai itu pecah berkeping-keping dan kehilangan kakinya. Mereka pun berjalan terseok-seok dan terpincang-pincang menuju Pemilu, sama persis seperti orang Israel yang Tuhan buat berjalan berputar-putar di padang gurun selama 40 hari lamanya, akibat bebalnya bangsa Israel dulu, setelah mereka bebas dari tanah perbudakan di Mesir menuju Tanah Perjanjian. Padahal jarak antara Mesir dan Israel enggak jauh-jauh amat.

Banyak orang Kristen saat ini yang beranggapan bahwa di peta politik Indonesia harus ada wakil-wakil orang Kristen yang menyuarakan kepentingan-kepentingan orang Kristen di negeri ini, seperti yang telah dilakukan oleh PDS ketika berjuang menentang keras UU Syariah di negeri ini sampai-sampai membuat Menteri Agama dan jajaran terkait kelimpungan tak tentu arah.

Namun bagaimanapun juga secara pribadi aku tak menyukai partai politik yang berbasis keagamaan. Menurut konsep yang aku pahami, para pemimpin agama sebaiknya fokus pada aktifitas keagamaan saja, bagaimana mereka membangun kembali krisis keyakinan yang saat ini semakin menggerus kaum muda di era Internet yang serba touch screen ini, bukan malah sibuk berpolitik ria menuju Senayan.

Tuhan sudah melakukan yang terbaik untuk orang Kristen di negeri ini, tak perlu lagi menuhankan diri dengan menjadi pahlawan kesiangan bagi orang-orang Kristen di negeri ini demi ambisi pribadi.

Ini sama persis dengan Ruyandi Hutasoit yang melepas jabatan kependetaannya itu demi ambisinya menjadi Presiden RI dengan terjun total di Politik. Menurutnya manusia itu melangkah diatas dua kaki. Jadi kalau ia melangkah di politik, maka kedua kakinya harus melangkah disana, tak boleh setengah-setengah, maksudnya adalah tak boleh satu kaki di pelayanan, satu kaki lainnya di politik.

Bagi aku ambisi Ruyandi Hutasoit mau jadi Presiden RI di negara yang mayoritas umat muslim terbesar di negeri ini adalah mimpi di siang bolong. Jangan bermimpi untuk meraih ambisi pribadi akan sesuatu yang mustahil dan tak akan mungkin terjadi.

Sejatinya Hamba Tuhan tugasnya adalah melayani manusia agar semakin berakhlak dimata-Nya, bukan malah latah terjun bebas ke dunia politik, demi hasrat kedagingan dan duniawi semata.

Jika Tuhan menghendakinya, maka Partai-Partai Politk yang berazaskan nilai-nilai kekristenan di negeri ini akan maju pesat berkibar bersama sang saka merah putih, namun mungkin saja Tuhan tak menghendakinya sehingga Partai-Partai Politik Kristen di negeri ini satu per satu tumbang rata dengan tanah dan tak mampu bangkit lagi.

Yang realsitis saja lah, boss.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun