Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Norman Kamaaru Kini Jualan Bubur untuk Menyambung Hidup

8 September 2014   23:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:16 6529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pria kurus tampak sibuk menata dan merapihkan meja-meja dan kursi. Belum tampak satu pun pembeli yang duduk disitu. Pria itu lantas menyiapkan beberapa mangkuk dan mulai meracik menu makanan yang akan dijual.

Pria itu adalah Norman Kamaaru, mantan Brimob Polda Gorontalo berpangkat Briptu yang mendadak tenar di seantero penjuru negeri lantaran video isengnya meniru gerakan penari India dengan lagu Chaiya Chaiya itu diunggah di youtube.

Setelah ngetop, Norman Kamaaru yang terbiasa hidup dari gaji pas-pasan sebagai aparat keamanan negara itu akhirnya terlena dan terbius dengan suntikan morphin ketenaran semu.

Dipikirnya setelah jadi orang tenar, maka ia akan jadi artis top markotop yang kaya raya dan hidup dalam kelimpahan dan kemewahan, bisa punya rumah dan Apartemen mewah, bisa punya mobil mahal, bisa jalan-jalan ke luar negeri, dikelilingi pula wanita-wanita cantik bak bidadari yang turun dari sorga.

Ternyata khayalan dan impian itu hanya mimpi disiang bolong saja, karena hanyalah pengakuan semu yang ia cari, dan tentunya tak akan pernah ia temukan dimanapun, sebab pengakuan diri yang hakiki cuma bisa datang dari penerimaan terhadap diri sendiri.

Terlena dengan sanjungan dan pujian yang bertubi-tubi, membuat Norman lupa daratan. Ia lebih memilih jadi artis dadakan ketimbang jadi pengabdi negara. Ia mengajukan pengunduran diri dari Kepolisian karena ingin fokus jadi artis. Hidup ini terlalu singkat bila melakukan kesalahan yang fatal. Karena kebelet jadi artis, Norman sesumbar tak jadi Polisi ia tak mati.

Bahkan Polda Gorontalo sempat memberikan tawaran kepada Norman untuk pindah tugas di Jakarta sehingga ia bisa lebih dekat dengan ibukota negara tempatnya mengembangkan bakat musiknya. Namun mirisnya, tawaran bijak itu ditolak Norman.

Mabes Polri pun berang dan murka dengan ulah Norman. Permohonan pengunduran dirinya ditolak mentah-mentah, maka pada hari ke enam di penghujung tahun 2011 yang silam, Norman Kamaaru dipecat dari Kesatuannya sebagai anggota Brimob melalui sidang kode etik di Polda Gorontalo yang dipimpin Kabid Propam Polda Gorontalo.

Dalam sidang itu, Norman divonis dengan Pasal 14 ayat 1 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH).

Norman kini sudah terlupakan dan tak pernah dapat tawaran job di dunia keartisan lagi. Ia pun tak pernah lagi muncul di Televisi. Norman memang tak lagi seheboh dulu. Ia sudah ditinggalkan. Ia sudah dilupakan. Sangat sulit baginya saat ini untuk menyundul kembali popularitasnya yang sudah punah.

Kini Norman mengalami pahit getirnya kehidupan. Lantaran tak laku di dunia persilatan keartisan dalam negeri, Norman kini jualan bubur untuk menyambung hidupnya. Yang penting cukup buat kebutuhan dan makan sehari-hari, begitu ia bilang sambil tersenyum pahit.

Inilah contoh nyata pentas drama kehidupan di dunia yang fana ini. Menjadi aparat negara bukanlah hal yang mudah. Ada banyak aral dan rintangan serta perjuangan yang panjang dengan tingkat kesulitan yang tinggi untuk meraihnya.

Biaya pun tak sedikit digelontorkan untuk bisa tembus jadi Polisi. Tapi justru sebegitu gampangnya Norman melepas seragam dan lencananya meninggalkan tugas negara demi popularitas diri yang semu.

Sebenarnya aku kasihan juga dengan nasib si Norman ini. Baru disanjung segitu saja ia sudah terlena. Jujur saja aku bilang si Norman Kamaaru ini adalah korban media.

Norman adalah konspirasi media massa demi rating yang tinggi dengan menina-bobokan para pemirsa yang terlena dengan sesuatu yang jarang-jarang terjadi. Ada Brimob bisa nyanyi dan menari lagu India, wow sesuatu banget. Maka meledaklah berita di seantero negeri.

Bagaimana tidak, baru meniru joget Chaiya Chaiya saja yang iseng-iseng diunggah ke youtube, diekpos media secara berlebihan dan habis-habisan, pagi, siang, malam yang ada hanya berita-berita tentang Norman, disetting sedemikian rupa sehingga Norman laris manis bak artis beneran.

Hadiah pun bergiliran datang silih berganti, ketenaran dan popularitas diraihnya dalam sekejap mata tanpa perlu bersusah payah.

Kapolri pun bangga setengah mati punya anak buah yang ngetop. Setiap hari muncul di berbagai saluran TV mendampingi Norman. Kemana-mana Norman dikawal sejumlah Kapolda dan para Jenderal. Ia lantas menjadi jumawa.

Norman lupa bahwa mengemban tugas negara adalah tugas yang mulia. Lebih baik mati di medan perang daripada hidup merana menderita lahir dan bathin akibat dari ambisi yang tak kesampaian.

Padahal suaranya kurang bagus, tampangnya pun pas-pasan saja. Masih lebih tampan Mawalu yang bengal dan penuh tattoo ini. Norman pun dikejar sejumlah tayangan acara di televisi untuk menjadi bintang tamu. Di mana ia hadir, orang-orang berteriak histeris.

Tak kurang para Polwan pun sampai berteriak menjerit histeris dan pingsan bergantian setelah si Norman ini joget Chaiya Chaiya dengan seragam Brimobnya itu diatas panggung dilapangan Polda Metro Jaya.

Ia diarak pakai mobil baja Barracuda, pakai seragam Brimob, Norman melambai-lambaikan tangannya dari atas mobil baja itu dengan senyum sumringah. Disamping kiri dan kanannya diapit para petinggi Polri. Semua orang mengelu-elukannya, semua orang berteriak histeris Nooorrrmmmaaannn...Kebanggaan pun membuncah dalam dadanya, mata berbinar-binar, raut wajah bangga menghiasi wajahnya.

Ia berdiri tegap membusungkan dada diatas mobil baja Barracuda itu. Senyum bangga menghiasi wajahnya yang cerah berseri. Dalam hatinya mungkin saja ia bergumam, mimpi apa kok tiba-tiba bisa jadi tenar begini.

Namun semua itu kini tinggal kenangan. Semuanya sudah musnah, semuanya telah hilang lenyap dihembus angin malam yang mencekam. Kariernya saat ini sudah tumbang rata dengan tanah.

Padahal menjadi Brimob justru masa depannya lebih terjamin daripada sekedar jadi penyanyi abal-abal. Masa depan terjamin, sudah pensiun pun masih dibiayai negara. Alangkah bijaknya kalau si Norman ini tetap jadi Brimob.

Sekali-kali menghibur kaum papa dan anak Yatim Piatu dengan lagu Chaiya Chaiya. Itu lebih mulia, itu lebih terhormat, daripada bermimpi jadi artis top markotop yang tak pernah kesampaian dalam hidupnya.

Kalau saja Norman mau bersabar menunggu, karirnya sudah pasti akan melejit di Kepolisian. Norman akan menjadi satu-satunya aset kebanggaan Polri. Bisa saja nanti suatu saat ia akan jadi Kapolda, bahkan tak menutup kemungkinan menjadi Kapolri. Orang sabar disayang Tuhan.

Tentu tak mudah bagi Norman saat ini untuk bangkit kembali menyongsong masa depan dan meraih asa. Namun Norman harus komitmen terhadap keputusan hidup yang telah ia tempuh. Pria jantan yang tangguh tak akan pernah menyesali dengan keputusan hidup yang telah diambil.

Hidup itu pilihan, ya sudah jalani saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun