Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Yang Benar Itu Seluruh Gaji Suami Diserahkan ke Istri

17 Juli 2015   21:18 Diperbarui: 4 April 2017   18:04 29258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salah seorang kawanku pinjam uang ke aku untuk tambahan biaya melunasi biaya berobat anaknya yang opname di Rumah Sakit karena terkena infeksi pencernaan.

Karena ini yang kesekian kalinya, hampir saja aku tak mau meminjamkannya untuk memberinya pelajaran supaya lain kali lebih bijak lagi mengelola keuangan, tapi berhubung tujuannya untuk melunasi biaya pengobatan anaknya di rumah sakit, aku jadi iba dan tak tega.

Sebenarnya ia sudah pakai asuransi dari kantornya karena di perusahaannya itu anaknya juga dapat jatah asuransi kesehatan. Namun karena ada biaya-biaya lainnya yang tak di cover oleh Asuransi perusahaannya, maka ia harus nombok kelebihan biaya pengobatan. Ia tak punya BPJS, karena lebih mengandalkan asuransi dari perusahaannya yang lebih kredibel.

Setelah rembukan dengan istri, maka kami meminjamkannya uang supaya anaknya itu bisa pulang dari Rumah Sakit. Setelah mentransfer ke Rekeningnya, iseng-iseng aku ajak kawan ku ini ngobrol.

Dari hasil obrolan kami, ternyata gaji kawanku ini sebenarnya sangat cukup untuk hidup di Jakarta ini. Gaji yang ia terima per bulan sebesar Rp. 7,600,000 (take home pay plus tunjangan-tunjangan lainnya).

Ia mengaku terus terang dengan gaji itu hanya cukup untuk sebulan saja karena selain anaknya tiga, juga banyak kebutuhan-kebutuhan lainnya yang tak terduga. Selain itu, istrinya juga tak bekerja sehingga ia harus menghidupi empat jiwa di rumahnya.

Aku lalu tanya yang mengelola keuangan apakah istrimu atau kamu? Ia lantas bilang bahwa tak ada pengelolaan keuangan dalam rumah tangganya. Setiap bulan ia menjatah istrinya sekian juta rupiah untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari, bayar listrik, bayar kontrakan rumah, biaya sekolah anak, dan lain-lain. Sisanya, ia yang pegang untuk kebutuhannya selama sebulan, seperti makan siang di kantor, transportasi, dan lain sebagainya.

Aku lalu tanya masa tak ada yang ditabung untuk jaga-jaga? Kawanku bilang bahwa ia memang menabung setiap kali gajian, tapi karena banyaknya kebutuhan-kebutuhan yang tak terduga, selalu ia ambil tabungannya itu dan akhirnya ya habis dalam bulan itu juga.

1. Kendali Keuangan Harus Dikelola Istri

Dulu aku berprilaku sama persis seperti kawanku ini. Aku hanya memberikan separuh gaji aku ke istri, karena menurut aku selain ia juga punya gaji sendiri, toh aku perlu uang untuk kebutuhanku sendiri. Tapi kok setelah berjalan selama beberapa bulan, uangku selalu habis ditengah jalan.

Seringkali aku merasa hidup aku ini hampa dan tak ada gunanya, masa sudah kerja capek-capek tapi kok masih enggak cukup juga. Ujung-ujungnya minta uang juga ke istri, walaupun harus ribut dulu dengan istri, dan dengan terpaksa diberikannya sambil marah-marah.

Setelah ku renungkan dan berpikir matang-matang, yang jelas aku tak mau hidup seperti begini terus.

Aku akhirnya menyerahkan seluruh gaji aku ke istri, dan ia yang mengelola seluruh keuangan,  pengeluarannya apa saja dan berapa besaran tabungan yang ditabung setiap bulan.

Setiap hari aku dijatah istri untuk uang makan, uang bensin, dan lain sebagainya. Kalau ada rejeki nomplok selain income rutin yang ku terima setiap bulan, misalkan bonus perusahaan, dan lain sebagainya, maka uang itu (istilahnya uang laki-laki) menjadi pegangan aku dan tak ku serahkan ke istriku. Ini sudah aku komunikasikan dengan istri sebelumnya, dan ia pun memahaminya.

Setelah semua keuanganku dikelola istri, aku tak pernah defisit lagi. Setidaknya aku sudah enggak galau lagi uangku habis ditengah bulan. Kami akhirnya punya tabungan yang lebih dari cukup karena setiap bulan istri aku rajin menabung di Bank (tanpa ATM) dan secara bersama-sama kami mengamati perkembangan saldonya.

2. Mengatur Pos Pengeluaran Bulanan

Bagi aku dan istri tak ada itu istilah uang suami adalah uang istri, uang istri bukan uang suami. Setiap bulan, gaji aku dan istri digabung jadi satu. Lalu istri aku mulai membagi-bagi pos pengeluaran;

1. Kebutuhan rumah tangga bulanan

2. Perpuluhan

3. Kolekte mingguan

4. Petty Cash (khusus untuk Kebutuhan rumah, misalkan ganti bohlam lampu yang mati, engsel pintu rusak, kran air yang rusak, dan lain sebagainya)

5. Arisan keluarga

6. Kebutuhan harian

7. Tabungan untuk kesehatan dan pendidikan

8. Tabungan untuk Kebutuhan tak terduga

9. Tabungan rutin bulanan

10. Tabungan untuk kebutuhan anak

Lalu dihitunglah ia secara keseluruhan total pemasukan dan pengeluaran bulanan serta sisanya berapa. Sisa dari pos pengeluaran bulanan digunakan bersama untuk refreshing, wisata, atau makan di luar setiap weekend.

Semua jenis tabungan itu ia tabung di Bank yang berbeda, sehingga disaat kami membutuhkan uang untuk kebutuhan tertentu, istri aku sudah tahu ke Bank mana yang ia tuju untuk ambil uang. Semua Bank yang ia tabung tanpa ATM. Ini untuk menghindari gatalnya tangan yang dikit-dikit ke ATM untuk ambil uang. Wanita memang lebih jago, teliti, dan lebih telaten mengelolanya.

Paling tidak kita harus tahu tujuan hidup kita ini akan ke arah mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun