Gaji yang sedikit seharusnya tidak menjadi alasan bagi seorang guru untuk menjadi kikir dalam membagikan ilmu atau mengajar secara setengah-setengah. Justru, ketulusan hati yang mereka tanamkan dalam mengemban tugas mulia ini menjadi sumber semangat yang tak tergoyahkan.
Walaupun terkadang gaji yang diterima tidak mencukupi, hal itu tidak pernah menjadi penghalang bagi mereka untuk terus mentransfer ilmu kepada para murid, demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Karena bagi seorang guru, kebahagiaan terbesar adalah melihat generasi penerus bangsa tumbuh dengan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat, meskipun imbalan materi tidak selalu sesuai harapan.
Dari sekian banyak kategori guru yang pernah saya temui, ada satu sosok yang selalu membekas dalam ingatan saya, yaitu guru kami di TK/TPA. Beliau adalah pribadi yang penuh semangat dan tak pernah kehabisan energi dalam mendidik. Setiap pertemuan dengannya terasa hidup dan bermakna, karena beliau mengajar dengan dedikasi yang tulus.
Kehadirannya memancarkan wibawa yang membuat kami secara otomatis terpaku pada setiap penjelasan yang disampaikan. Meski ada yang beranggapan bahwa beliau “sekke” sebuah istilah dalam bahasa Makassar yang berarti galak.
Kami memahami bahwa itu hanyalah caranya menunjukkan kasih sayang yang tegas. Setiap pribadi memang memiliki keunikan dalam mendidik, dan itulah yang membuat beliau begitu istimewa.
Beliau adalah sosok yang mengenalkan huruf hijaiyyah kepada kami. Dengan sabar dan tekun, beliau membimbing kami hingga mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar. Tidak hanya itu, beliau juga selalu mendorong kami untuk melampaui batas diri, mengasah kemampuan melalui berbagai kompetisi seperti lomba MTQ dan kegiatan lainnya.
Beliau memberikan kami peluang untuk berkembang, sesuatu yang menjadi bekal berharga dalam perjalanan hidup kami. Berkat bimbingannya, kami belajar berani keluar dari zona nyaman, menghadapi tantangan, dan meraih pengalaman baru yang memperkaya diri.
Sikap beliau yang penuh semangat dan kepedulian tidak hanya meninggalkan kenangan, tetapi juga pelajaran hidup yang tak ternilai. Dari beliau, kami belajar bahwa setiap kesempatan untuk belajar adalah anugerah yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Hingga kini, inspirasi yang beliau tanamkan masih terasa, menjadi dorongan bagi saya untuk terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketika bulan Ramadan tiba, beliau selalu menjadi inisiator kegiatan-kegiatan bermakna yang kami kenal sebagai Semarak Ramadan. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang untuk menyemarakkan bulan suci, tetapi juga memberikan kami kesempatan belajar secara langsung melalui keterlibatan aktif.
Beliau mengajarkan kami bagaimana menyusun acara dari awal hingga akhir, menentukan kategori lomba, serta membantu adik-adik kecil memilih jenis lomba yang sesuai dengan minat mereka. Setiap langkah yang kami jalani dipenuhi pelajaran berharga.
Kami juga diberi tanggung jawab untuk menyebarkan undangan kepada para tamu, memastikan acara berjalan lancar, dan memeriahkannya hingga sukses. Selain itu, beliau membimbing kami menyusun materi ceramah atau kultum, membuat jadwal menu buka puasa, dan bergotong-royong membersihkan masjid.
Semua kegiatan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan pengalaman yang membentuk karakter kami. Di balik setiap tugas, ada pelajaran tentang kerja sama, tanggung jawab, kemandirian, dan kepedulian sosial.
Kegiatan-kegiatan yang beliau gagas menjadi kenangan yang tak pernah pudar. Mereka mengajarkan kami untuk tidak hanya menjadi pelajar yang baik, tetapi juga individu yang peduli terhadap lingkungan dan sesama.
Sosok beliau adalah teladan nyata tentang bagaimana seorang guru mampu memberikan dampak mendalam, tidak hanya dalam hal akademik, tetapi juga dalam pembentukan karakter. Hingga hari ini, inspirasi dan nilai-nilai yang beliau tanamkan terus menjadi cahaya yang menerangi langkah saya dalam menghadapi kehidupan.
Di Hari Guru Nasional 25 November ini, mari kita luangkan waktu untuk menghargai setiap pengorbanan dan dedikasi luar biasa dari para guru yang tak pernah lelah mencerdaskan bangsa.
Mereka adalah pahlawan sejati yang mengajarkan lebih dari sekadar ilmu, mereka menanamkan nilai, karakter, dan harapan untuk masa depan kita.
Tanpa mereka, kita mungkin tak akan bisa mencapai potensi terbaik kita. Semoga semangat mereka terus menginspirasi kita untuk terus belajar, tumbuh, dan memberi kontribusi positif dalam kehidupan ini.
Terima kasih, Guru, atas segala cinta, waktu, dan tenaga yang telah Anda curahkan demi kami. Semoga setiap langkah yang Anda ajarkan terus membekas dalam diri kami, membimbing kami untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H