Mohon tunggu...
mavi
mavi Mohon Tunggu... Bankir - I'm the straw to your berry

Menulis adalah pelarian yang paling nyaman ketika benang-benang dikepala sudah mulai kusut dan butuh diuraikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja

19 April 2019   17:36 Diperbarui: 27 April 2019   18:32 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sore itu langit langsung berubah abu-abu

Dikabarkan senja menghilang

Kutanyakan gunung, ia bilang senja dibawa kabur

Kata angin ia hanya berpelesir

Sedang belut-belut dipetakan sawah bilang senja sudah muak hingga ia menggunting sendiri dirinya dari langit dan membiarkan ia terbang dibawa angin

Dunia berusaha tak apa-apa

Ketika langit biru mendadak langsung abu-abu tanpa ada lagi percikan orange, kuning, jingga,

Bagai daging yang dari mentah lalu gosong tanpa pernah melewati fase matang

Mega tak lagi mewah, tak lagi syahdu, tak lagi rindu

Ia bingung kemana lagi ia bisa menggantung

Alam hidup seperti biasa walau dalam benak mereka bertanya 'dimana gerangan senja?'

Tapi tak ada yang berani bersuara

Dalam setiap uap air yang naik kelangit diam-diam terselip doa 'senja, semoga kau kembali'

Lalu ketika fajar datang menyajikan embun, satu dari ribuan titik pecah menyentuh tanah dengan berbisik, 

'aku tak ingin kembali'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun