Mohon tunggu...
Maurien
Maurien Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Halo semua!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gunung Semeru dan Risiko Catastrophic Erupsi

13 Desember 2021   20:41 Diperbarui: 13 Desember 2021   20:53 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga terdampak bencana erupsi | reuters.com

BNPB akan membangun kembali rumah-rumah yang hancur, dan alat berat, termasuk ekskavator dan buldoser, sedang dikerahkan, kata kepala BNPB. Badan tersebut juga mengatakan bahwa 10 orang yang terperangkap di tambang pasir akibat letusan telah dievakuasi ke tempat yang aman.

Menurut pakar gunung berapi, Semeru telah berada dalam fase letusan sejak 2014 , mulai mengeluarkan awan panas dan aliran lava baru-baru ini, mendorong pihak berwenang untuk mengeluarkan peringatan bagi orang-orang untuk tidak mendekatinya.

Risiko Catastrophic Erupsi Semeru

Asap dan debu vulkanik dari letusan gunung berapi seperti erupsi Semeru di Lumajang dan Malang Jawa Timur bisa berisiko memunculkan penyakit, salah satunya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan risiko penyakit lainnya juga bisa muncul seperti infeksi saluran pernapasan bawah seperti pneumonia dan bronkhitis, alergi, radang atau pada mata dan kulit, gangguan saluran pencernaan. 

Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, "Perlu diwaspadai perburukan dari penyakit kronik baik karena daya tahan tubuh yang turun maupun karena stres atau lalai makan obat." Selain itu, menurutnya yang pernah menjabat sebagai Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes dan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, bukan tidak mungkin awan panas dapat terinhalasi ke dalam paru yang disebut trauma inhalasi. 

Langkah Minimalisir Risiko Lanjutan Dampak Erupsi Semeru

Peneliti Pusat Kebencanaan Universitas Gadjah mada (UGM) Danang Sri Hadmoko menyampaikan, langkah antisipasi dampak risiko lanjutan dari erupsi gunung berapi Semeru pada 4 Desember 2021 ini.

Hal yang harus dilakukan, pertama ialah harus benar-benar memantau real time curah hujan di puncak. Pasalnya, hujan dengan intensitas tinggi merupakan salah satu faktor pemicu turunnya lahar dingin. Lengseran lahar dingin terjadi ketika material gunung berapi tidak mampu menahan beban kemudian longsor bersamaan dengan air hujan mengalir ke sungai. Apalagi letusan Semeru ini memang terjadi saat musim penghujan ini. 

Menuju ke langkah kedua, yaitu memastikan kantong lahar di sungai yang berhulu dari Semeru berfungsi dengan baik. Karena jika tidak bisa, lahar ini berpotensi untuk meluber ke kanan-kiri sungai dan membahayakan permukiman warga. Pada warga dalam radius bahaya primer dan sekunder itu wajib dievakuasi. Proses antisipasi daerah hulu dan hilir. Lembah sungai yang sudah penuh itu masyarakat harus meninggalkan daerah tersebut.

Mitigasi Bencana Erupsi Semeru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun