Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Sederhana Alma

24 November 2023   11:08 Diperbarui: 24 November 2023   20:31 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis itu masih berdiri di sana. Mematung di kerumunan orang yang lalu lalang. Semakin malam suasana kota semakin meriah. Hiruk pikuk dengan gemerlap lampu dan aneka musik, ramai seolah bersaing tak mau kalah. Layar LED raksasa yang menempel di tembok gedung Times Square, baru saja selesai menayangkan slide video band rock metal yang beranggotakan tiga perempuan muda, asal Garut, Indonesia. Ketiganya berbalut outfit serba hitam dengan sentuhan motif batik garutan yang tercetak pada jaket kulit termasuk sepatu boot yang mereka kenakan.

            Penuh debar, gadis itu menatap lekat ke arah layar, berusaha terus memastikan video yang ditayangkan dapat tersaji tanpa cela. Ketiga gadis dalam video, bernyanyi sangat aktraktif. Vokalis dan pemain bassnya bergerak kesana kemari dengan leluasa. Begitupun dengan drummer di belakang. Meski tertutup rangkaian drum dan simbal, tangannya terlihat bebas menggebuk drum dengan semangat.

            Ada sorot bangga, haru sekaligus cemas di balik netra gadis yang berdiri mematung itu. Dengan seksama dia terus memperhatikan satu persatu detail baju yang dikenakan oleh masing-masing personil band. Jaket kulit berwarna gelap, seragam membungkus ketiganya. Yang membedakan hanyalah model jaket dan bawahan yang mereka kenakan. Sang vokalis memakai jaket model fancing dengan zipper depan yang menyambung di dada sebelah kiri. Bagian lehernya dibuat turtle neck. Model jaket ini sengaja dibuat khusus untuk sang vokalis karena lebih simple dibanding jaket kedua pemain lainnya. Untuk bawahannya, dia mengenakan celana kulit sintetis model slim fit, berwarna senada dengan jaket. Motif batik garutan dengan warna mencolok dicetak vertikal di bagian lengan sebelah kiri, menyambung ke bagian dada dan punggung. Sebagai aksesori, kain chiffon ringan berwarna gelap, dijahit menjuntai pada bagian bahu. Sedangkan sang bassis, mengenakan setelan jaket model duster yang memanjang hingga ke tepi lutut. Di bagian pinggang, terpasang belt sebagai aksesori. Lagi-lagi motif batik garutan terlihat elegan menghiasi bagian tangan, dada dan punggung sebelah kiri. Untuk bawahannya, sang basis mengenakna rok kulit dengan 2 zipper saling melintang pada bagian pinggang sampai pangkal betis.  Berbeda dengan kedua personil yang berdiri di depan, outfit atasan sang drummer dibuat lebih mencolok. Meski posisinya ada di bagian belakang, penampilan sang drummer tetap harus menjadi centre of focus, sama seperti kedua temannya di depan. Secara keselurahan penampilan ketiga gadis dalam tayangan LED di malam itu, nampak begitu memukau.

            Para pejalan kaki yang sejak sore sudah memadati persimpangan 7th Avenue, semakin bertambah ramai. Terlebih saat lampu neon mulai menyala. Lampu-lampu itu menghiasi rangkaian papan iklan yang terpasang di tembok-tembok gedung dan pertokoan yang berderet di sepanjang distrik yang ada di wilayah Manhattan. Di beberapa sudut, terpasang TV LED berukuran besar. Semuanya menayangkan slide video musik dan iklan. Tapi dari keseluruhan hingar bingar malam itu, yang banyak menyedot perhatian pengunjung tentu saja sebuah video yang ditayangkan dalam LED raksasa di gedung Times Square.

            Tak lama video pun selesai. Semua yang ada di sekitar Times Square, serentak bertepuk tangan. Gadis itu berdiri di antara sorak sorai, dengan mata berkaca-kaca.

            "Congratulations Alma! You did it!"

            Bahu gadis itu ditepuk seseorang dengan lembut. Kepalanya menoleh dan tersenyum lebar.

            "Thank you...thank you," suaranya bergetar, haru.

***

            Pagi-pagi sekali, ibu sudah ribut di ruang tengah. Banyak sekali yang ibu katakan, seperti biasanya.

            "Ingat Pak, pulang dari pabrik langsung ke rumahnya Bu Parman. Ambil kain yang katanya mau dijahit."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun