"Ssst...! Cewe di sebelah kamar lu, siapa namanya?" tanyanya berbisik sambil menyikutku. Muka konyolnya menyeringai, menampakkan deretan gigi yang berbaris tak beraturan. Aku mengedikan bahu, malas menanggapi pertanyaannya.
"Ya Tuhaaan... Lu tuh yaa, ada mutiara di sebelah mata ga lu sadari? Ngapain aja idup lu selama ini?" lagi-lagi Daru berseru, mata sipitnya membelalak heran. Daru terlihat gemas melihatku yang tak bergeming, lalu dia beranjak menuju water dispenser, menuangkan segelas air dan meneguknya cepat.
Cewe? Penghuni baru apartemen? Penghuni kamar sebelah? Aku termangu mengingat pertanyaan-pertanyaan Daru tadi. Jangan-jangan pemilik suara lembut di basement tadi adalah benar penghuni baru di apartemen ini? Batinku terlonjak girang.
"Wooyyy, kesambet lu? Kok tiba-tiba cengengesan?" seru Daru dari balik water dispenser manakala melihatku senyam-senyum tanpa sadar. Aku melengos tergagap, meski aku akui ada semburat merah yang berpedar menyelimuti raut wajahku.
*******
"Fa bi`ayyi l`i rabbikum tukaibn... Rabbul-masyriqaini wa rabbul-magriban..."
Lamat-lamat terdengar suara orang melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an. Seketika aku tersentak lalu sontak melihat jam yang tertera di layar smartwatch-ku.
"3.30!" bisikku, mataku mengerjap menatap sinar yang terpantul dari layar smartwatch.
Dengan masih berselimut, aku berusaha bangun dari tidurku lalu duduk termenung. Kembali daun telingaku menangkap suara lembut di balik tembok yang memisahkan ruangan apartemenku dengan ruangan sebelah. Sepertinya suara lembut yang sama dengan yang kemarin aku dengar di basement apartemen. Tapi kali ini aku mendengar suara lembut itu begitu lirih merasuki ruang kalbuku yang tadi lena.
Hampir lima belas menit lamanya, suara lembut itu terus melantunkan ayat-ayat Tuhan. Hal yang tak pernah aku dengar secara langsung di era tahun 2127.
Oh iya...Hai, perkenalkan, aku Goldy!