Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seindah Bunga Matahari

8 Mei 2023   11:20 Diperbarui: 8 Mei 2023   11:41 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tarik nafasnya, Kan... Relax!" perintah perempuan itu lagi. Diam-diam Kana mengumpulkan oksigen yang mulai terasa tidak beraturan.

"Pejamkan matamu, kalau kamu takut, Kana!" suara perempuan itu terdengar setengah berbisik. Kana menuruti perintahnya. Lalu tiba-tiba, di hadapan Kana nampak ruangan putih yang tak bertepi. Tak lama warna putih itu berpedar kehitaman. Seketika nafas Kana tercekat dan gelap pun membekap. Kana tersentak, menggelepar mencari-cari udara.

"Relax, Kana!" bisik perempuan itu. Jemari langkainya, lembut mencengkeram punggung tangan Kana. Beberapa titik keringat perlahan terbit, membasahi dahi dan anak rambut Kana, meski semilir angin menjalar melalui celah Air Conditioner yang menebarkan aroma citrus yang terasa segar.

"Kamu tak harus cerita sekarang kalau sekiranya kamu belum siap, Kana!" suara perempuan itu mengalir dengan tenang, hanyut dalam luapan rasa gamang yang tadi menggenang. "Kamu boleh datang lagi kesini, kalau kamu mau... kapan saja kamu perlu cerita, aku siap buat mendengar."

Senyum perempuan itu merekah, menyembulkan deretan gigi seputih susu.

****

            Untuk beberapa menit, terdengar suara derap kaki beriringan di sepanjang koridor sekolah, menuju toilet di ujung bangunan. Salah satu dari langkah itu terdengar buru-buru, dan yang lainnya terdengar seperti terseret. Sampai tepat di depan pintu toilet, langkah kaki itu terhenti.

            "S-stop! S-sekarang lepasin t-tangan gue!" terdengar suara Kana terbata. Tangannya menepis jemari seorang anak laki-laki yang berusaha meraih pergelangan tangannya dengan kasar. Kana menghembuskan nafas dengan gelisah.

"Kenapa, Kana? Lu tau kan kalau lu baru aja nolak kebaikan gue? Hey, kalo gak ada gue, orang hina kayak lu tuh gak akan bisa apa-apa!" suara tenor anak laki-laki itu perlahan meninggi, disertai mata liarnya yang membelalak.

            "Ingat Kana, kalau ada orang yang tau lu udah gak suci lagi, hidup lu bakal lebih hancur. Mereka mana mau sama cewek gendut kayak balon macam lu! Gue cuman ngasih tau lho ya..." bisiknya lagi tepat di sebelah cuping telinga Kana. Didorongnya bahu lunglai gadis itu, pada tembok pualam yang membungkus toilet, lalu berlalu meninggalkannya.

Entah sejak kapan, hangat telah menggenang dalam telaga hitam Kana. Semuanya terasa melambat, tapi tidak dengan tempo nafasnya. Seakan kadar oksigen dalam ruangan itu menipis. Kana membuka kedua belah bibirnya, berusaha mengejar udara yang perlahan menjauh. Nihil. Tanganya mulai mencengkram batok kepalanya yang mulai berdengung tak karuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun