Mohon tunggu...
Maura Nursabrina
Maura Nursabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa prodi sastra Indonesia, Universitas Indonesia

Mahasiswa Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bagaimana Jika Kenyataannya Tuhan Hanya Menciptakan Satu Takdir Saja?

14 Februari 2024   01:14 Diperbarui: 14 Februari 2024   01:17 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A adalah seorang yang lahir dari keluarga tidak mampu serta serba berkekurangan, ia juga tidak terlalu memiliki wajah yang rupawan sehingga ia hidup sebatang kara. Lantas A merasa bahwa takdirnya sungguh tidak baik dan berpikir tentang "Mengapa Tuhan membuat saya miskin dan buruk rupa?".

Lantas apakah memang Tuhan menginginkan ia miskin dan buruk rupa? Sehingga kehidupannya penuh nelangsa?

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka kita akan tahu bahwa apa yang dirasakan oleh A adalah suatu imbas dari apa yang dibentuk oleh manusia kolektif di mana si A itu tinggal.

Misalnya, si A berada pada lingkaran struktur sosial yang percaya bahwa masyarakat itu terbagi atas kekayaannya, yang mana yang kaya akan berada di puncak sedangkan yang miskin yang di bawah. Menjadi miskin adalah kesengsaraan bagi mereka yang berada di posisi struktur sosial tersebut. Maka apakah struktur sosial tersebut diciptakan Tuhan? Tentu tidak. Struktur sosial adalah bentuk produk manusia untuk menjaga agar kelompok tertentu lebih kuat seiring dengan perkembangan pesat dunia.

Begitu juga dengan rasa kesepian yang dirasakan si A. Itu bukan karena Tuhan ingin dia kesepian, namun si A memang hidup di dalam lingkup masyarakat yang percaya hidup tidak lengkap jika tidak menikah, yang mungkin jika kita tarik kembali ini merupakan respon manusia yang ingin spesiesnya tidak punah dengan cara kawin.

Maka, kesimpulan dari hipotesa essai ini adalah bahwasanya Tuhan hanya menciptakan satu takdir, yaitu akal dimiliki oleh spesies manusia dan yang lainnya tidak. Sehingga, apapun yang terjadi sesudahnya merupakan sebuah runtutan peristiwa yang acak dari sebuah imbas akal yang mencintai kestabilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun