Mohon tunggu...
Fredy Maunareng
Fredy Maunareng Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bahasa

Menuduh diri sebagai "Pemerhati Bahasa" dari Nusa Laung, Pulau Wetar-Maluku Barat Daya Korespondensi melalui Email : fredy.maunareng@gmail.com | WA : +6281237994030 |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Kabar Pendidikan Kita Hari Ini?

2 Mei 2020   11:23 Diperbarui: 2 Mei 2020   20:06 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di luar sana, sudah ada usulan untuk pemangkasan birokrasi Dana Bantuan Operasional Sekolah (Kompas, Rabu 29 April 2020, hal. 8). Tentu ini merupakan harapan untuk mempercepat dukungan pelaksanaan operasional sekolah di tengah Pandemi Covid-19. Paling tidak, interaksi antara guru dan rombongan belajar tetap berlangsung di tengah Pandemi yang sedang dihadapi bangsa ini.

Bagaimana dengan kami di daerah terpencil? Jangan dulu kita bicara birokrasi Dana BOS. Model Dana BOS saja kita tak tahu. Antara ada dan tiada. Semoga benar-benar ada.

Tapi, jangankan Dana BOS, Kartu Indonesia Pintar yang beberapa tahun lalu dianggap Kartu Sakti Presiden Jokowi pun nyaris tak kami lihat. Kemana semua itu? Siapa yang harus terlebih dulu berinisiatif menghadirkannya? Tidak pada tempat untuk saling menyalahkan. Kita semua perlu bahu-membahu untuk memperbaiki kondisi pendidikan kita. Bahwa 20% budget APBN sesuai amanat konstitusi harus dirasakan oleh semua satuan pendidikan di setiap pelosok tanah air.

Perbaikan Pendidikan Masa Mendatang

Pendidikan kita saat ini masih berorientasi pada aspek kognitif. Padahal, konsep pendidikan kita tercakup pula aspek afektif dan psikomotorik. Pendidikan yang berbasiskan karakterlah yang diharapkan saat ini.

Disadari ataupun tidak, era digital telah mengubah segalanya. Pembelajaran konvensional yang mungkin mendapati rombongan belajar yang diam dan pemalu, tetapi ketika dilangsungkan melalui daring malah terjadi sebaliknya. Contoh lain, seorang pelajar dalam komunikasi langsung sangatlah ramah bahkan diam dan hanya memberi anggukan kepala pertanda setuju dengan pembicaraan. Namun ketika ia berada di media sosial, kata-kata lepas dari kontrol etika. Inilah yang dirasakan agar pendidikan kita tidak sekedar menekankan pada aspek kognitif semata.

Lalu, apa yang harus tersedia? Merdeka belajar yang dicanangkan Mas Menteri Nadiem haruslah menenkankan pada pendidikan multikulutural berbasis karakter. Konsep belajar di mana saja, kapan saja dengan cara yang sederhana dan menarik bisa dilakukan. Otonomi sekolah pun harus diberikan. Birokrasi dalam dunia pendidikan harus lebih ramping namun tetap kaya fungsi. Di samping itu tetap memperhatikan konkruen antara daerah dan pusat. Lebih daripada itu, segera lakukan pemerataan infra dan suprastruktur pendidikan.

Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semoga.

Selamat Hardiknas!

Salam dari Perbatasan.

Lurang-Wetar, 2 Mei 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun