Saat itu juga bala Kai Amang mengambil rambut yang menjadi pesan itu dan melepaskan kembali tir anang yang sengaja terperangkap dalam bubu Kai Amang.
Kembalilah bala Kai Amang itu ke kediaman mereka untuk menemui Kai Amang. Ia menyampaikan pesan sehelai rambut dan perkataan tir anang kepada Kai Amang. Kai Amang tampak bersenang hati. Kai Amang mulai berpikir mencari jalan pergi ke seberang sesuai pesan yang ia terima.
Suatu hari, Kai Amang mendatangi saudara perempuannya, Pi Pui. Ia meminta pohon kenari yang berukuran sangat besar dan juga lurus. Hanya ada satu pohon yang sesuai keinginan Kai Amang. Pohon itu adalah jenis pohon kenari yang dijadikan Pi Pui sebagai tempat berteduh kala panas. Ukuran pohon yang sangat besar dan lebatnya daun-daun pohon kenari itu, membuat Pi Pui menjadikan pohon kenari itu sebagai rumah kedua. Pohon itulah yang menjadi target Kai Amang.
Walaupun Kai Amang sebagai seorang Kesatria, ia sangat menghargai saudara perempuannya. Pada kali pertama, permintaan Kai Amang ditolak. Permintaan Kai Amang pada kali kedua pun demikian. Ia tak putus asa. Ia mencoba mendatangi saudara perempuannya kembali. Pada kali ketiga kedatangan Kai Amang meminta pohon kenari yang dimaksud, akhirnya dengan berat hati, Pi Pui menyetujui.
"Pohon ini sudah menjadi rumahku. Karena kau telah berkali-kali datang meminta rumahku agar dijadikan sebagai perahumu, maka ada persyaratan yang harus kau penuhi" izin Pi Pui kepada Kai Amang dengan syarat.
Sebagai seorang adik, Kai Amang tampak gembira.
"Persyaratannya apa kakak", sambut Kai Amang dengan semangat.
"Kau harus menyanggupi mengumpulkan kembali semua ranting, daun, dan ampas dari kayu kenari ini ke tunggulnya setelah pembuatan perahu. Jangan ada yang tercecer di antara mereka." Pi Pui menyarati Kai Amang.
(Bersambung ke Bagian II)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H