Penderita diminta untuk menyebutkan kata-kata yang referen berada di sekitarnya sampai yang jauh bahkan abstrak; diminta membaca, berbicara spontan, mengulangi ujaran, menentukan arah, dan lain-lain. Jika sudah ada gejala-gejala yang menunjukkan afasia, segera hubungi dokter spesialis untuk mendapatkan penanganan khusus.
Pencegahan
Afasia sebagai gangguan berbahasa bukanlah penyakit utama. Afasia adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit lainnya. Untuk pencegahan afasia, yang harus dilakukan ialah menghindari terjadinya kelainan pada fungsi otak. Ada unsur yang bisa dikendali dan unsur yang tidak terkendali. Yang bisa dikendali semacam kedisipilinan diri, yakni mengutamakan keselamatan dalam bekerja atau berkendara agar tidak ada benturan keras pada kepala; mengikuti gaya hidup sehat dan berolahraga secara teratur; lakukan komunikasi sehat tanpa kekerasan simbolik verbal. Yang tidak terkendali semacam struktur otak yang kurang sempurna semenjak lahir.
Pengobatan
Maaf, sampai saat ini, belum ada obat yang dianggap "mujarab" untuk menangani afasia. Obat hanyalah alat bantu tambahan; yang membantu nutrisi sel otak (karena sel otak tidak dapat meregenerasi). Satu-satunya ialah melakukan terapi wicara. Komunikasi dengan penderita harus mengedepankan "kasih". Jauhi sikap tempramental berhadapan dengan penderita, apalagi mengolok dan menertawakan penderita. Terus melakukan latihan dengan menyebutkan, membaca, menuliskan kata-kata bersuku satu, bersuku dua dan seterusnya. Tingkat yang lebih tinggi ialah memberikan kesempatan bagi penderita untuk menceritakan sesuatu. Jika memungkinkan, gunakan alat peraga untuk membantu penderita dalam berkomunikasi.
Penutup
Satu hal yang perlu diwaspadai bahwa afasia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan jenis kelamin, apalagi status sosial. Oleh karenanya, tulisan ini menjadi himbauan bagi setiap orang. Hindari berkendara tanpa alat pelindung. Jauhi gaya hidup yang tidak sehat. Perbanyak makan sayuran hijau, rutin berolahraga, diet yang sehat untuk menghindari serangan stroke yang sudah menjadi pembunuh nomor 3 di Indonesia. Cintailah bahasa dan teruslah berbahasa.
Lewat tulisan ini saya tidak bermasud menggurui siapapun, hanya sekedar membagikan apa yang pernah dibaca dan dialami di sekitar saya.
Kalau Descarter mengungkapkan "Aku berpikir maka aku ada", saya menyatakan "Aku berpikir mengapa aku ada".
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H