Pemerolehan bahasa pertama ikut membentuk perkembangan fungsi otak. Ketiadaan interaksi dan komunikasi dengan si buah hati, baik pada masa pranatal maupun pascanatal, sangat berpengaruh pada sistem kerja broca dan wernicke. Ini bukan adanya penyumbatan sel darah yang ke otak, melainkan elastisitas kerja broca dan wernicke yang tidak dilatih.
Monica Blom Johansson, seorang spesialis peneliti afasia dalam bukunya yang berjudul "Aphasia and Communication in Everyday Life" mengungkapkan secara tradisional 85% afasia disebabkan oleh stroke. Stroke adalah sejenis penyakit yang diakibatkan terputus atau tersumbatnya aliran darah ke otak. Begitulah yang dituliskan referensi-referensi kesehatan. Di Indonesia, ditengarai perubahan gaya hidup ikut mendorong jumlah penderita strok yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hasil penelitian tentang Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia 12,1% dari 1.000 penduduk . Angka itu naik dibandingkan penelitian yang sama pada 2007 yang sebesar 8,3%. Dari angka tersebut, lebih banyak terjadi pada penduduk perkotaan. Tentu ini bukanlah kabar yang menggembirakan. Hal menyedihkan lainnya menurut catatan seorang dokter di aplikasi Alodokter bahwa sebanyak 25-40% pasien stroke yang sembuh berlanjut menderita afasia.
Benturan keras pada kepala
Benturan keras pada kepala cenderung berdampak pada afasia. Ini bisa terjadi karena ada trombosis atau emboli yang mengakibatkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah ke otak. Hal lain misalnya terjadinya pendarahan di otak akibat kebocoran pembuluh darah.
Penyakit yang berhubungan dengan otak
Banyak penyakit yang berhubungan dengan otak, misalnya Infeksi, hydrocepalus dan tumor. Jika penyakit-penyakit semacam ini dapat teratasi dengan baik, terapi afasia mungkin saja bisa berhasil.
Gejala Afasia
Gejala afasia antara seorang dengan yang lainnya tidaklah sama persis. Gejala ini dapat diketahui melalui bagian saraf yang sedang terganggu. Namun secara umum, gejala afasia bisa dilihat dari cara seseorang berbahasa. Masih ada ciri lainnya, tetapi itu diluar disiplin linguistik. Umumnya, seseorang yang terkena afasia dapat terdiagnosa melalui ciri-ciri berikut.
- Tidak dapat menggunakan kalimat yang lengkap dalam berbicara.
- Banyak berbicara dan menggunakan kalimat yang kompleks tetapi tidak dapat dipahami oleh orang yang mendengar.
- Tidak mampu memahami pembicaraan orang lain
- Tidak mampu membedakan warna dan arah
- Tidak mampu mengekspresi apa yang dirasakan
- Kemampuan membaca rendah
- Tidak mampu mengulangi ujaran orang lain.
- Tidak mampu menggunakan jeda secara tepat
Pengecekan atau pemeriksaan
Pengecekan atau istilah kesehatan diagnosa afasia dalam sudut pandang linguistik hanya dengan melakukan tes berbahasa. Merespon pembicaraan, membaca dan menulis perlu dilakukan. Pengecekan ini penting untuk mengenali jenis afasia apa yang sedang dialami seseorang atau penderita.