Mohon tunggu...
Fredy Maunareng
Fredy Maunareng Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bahasa

Menuduh diri sebagai "Pemerhati Bahasa" dari Nusa Laung, Pulau Wetar-Maluku Barat Daya Korespondensi melalui Email : fredy.maunareng@gmail.com | WA : +6281237994030 |

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Ahok, Anies dan Alexis dalam Bingkai "Jakarta Undercover"

2 November 2017   16:24 Diperbarui: 2 November 2017   16:35 2509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari https://www.google.co.id/search?q=ahok+dan+anies+bersalaman&tbm=isch&source=iu&pf=m&ictx=1&fir=o0x68CidjSh9CM%253A%252CGJfHnbYldTodFM%252C_&usg=__DjThbke-I4W5qr6zG99NZGeBLQo%3D&sa=X&ved=0ahUKEwjOk7LVip_XAhVo9IMKHVWGBbcQ9QEINDAC#imgrc=XKdedykk6CzC2M:

Pernahkah mendengar "Jakarta Undercover?". Jakarta Undercover merupakan judul buku yang ditulis oleh Muammar Emka. Gaya penulisan yang santai, lugas, dialogis dan menarik dengan menampilkan realitas sosial di Kota Jakarta merupakan ciri khas ketiga buku di bawah satu judul itu. Emka telah menceritakan kepada pembaca lewat bukunya yang dapat dijadikan petunjuk pernak-pernik dunia remang-remang Jakarta. 

Karya yang ditulis berdasarkan kisah penelusuran pribadi itu sudah disebarluaskan melalui internet sehingga siapapun tahu di Jakarta ada "Surga Dunia". Akhirnya tulisan ini saya cantumkan "Jakarta Undercover" sebagai bagian yang menggambarkan "dunia remang-remang" dengan sikap para pemimpin di negeri itu.

Setelah Pemerintah Provinsi DKI menerbitkan surat pemberitahuan atas permintaan perpanjangan izin usaha hotel Alxis, pemberitaan pun menjadai ramai; lebih ramai daripada gempa Ambon, apalagi kasus E-KTP. Anies dan Sandi memberikan pernyataan-pernyataan tegas dan sedikit politis di depan para pemburu berita. "Posisi kita tegas, tidak melegalkan prostitusi" ujar Anies ketika ditanya wartawan. Lebih lanjut Anies menjelaskan bahwa penutupan izin Alexis adalah sesuai dengan janji politik mereka.

Bagaimana dengan Ahok, mantan Gubernur DKI yang saat ini sedang mendekam di penjara karena "kesilapan lidah". Mengapa pada masa kepemimpinannya dulu tidak menutup Alexis? Begitulah fakta yang terjadi bahwa Alexis baru bisa ditunda perpanjangan izin oleh Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Anies-Sandi.

Ketika Alexis ditunda perpanjangan izinnya, banyak pihak mulai membandingkan gaya kepemimpinan Ahok dan Anies. Ada yang berkata "Ahok menggunakan otot, Anies menggunakan otak". Ada juga yang berkata dengan nada yang sama, "Ahok menggunakan tank, Anies menggunakan surat". Benarkah demikian? Untuk membuktikannya, kita perlu melihat komitmen dan strategi mereka dalam Jakarta Undercover.

Komitmen 'perang' terhadap Jakarta Undercover

Dunia remang-remang di Jakarta tidaklah sedikit. Itulah yang dituliskan Emka dalam karyanya. Mulai dari kelas "kebun" hingga kelas VIP, baik yang legal maupun ilegal. Bagaimana reaksi Ahok dan Anies terhadap dunia remang-remang Jakarta?

Ahok tidak menyatakan dirinya tegas tetapi dalam masa kepemimpinan Ahok, Kali Jodo dan Stadium adalah bukti nyata Ahok menyatakan perang terhadap dunia remang-remang. Sementara Anies dalam masa kampanyenya telah menargetkan Alexis sebagai tempat "hiburan" pertama yang ditutup. Belum memasuki dua minggu usia kepemimpinan, Alexis sudah mulai ditunda perpanjangan izin usahanya.

Lalu, apa beda kedua orang ini melawan 'bisnis ecek-ecek' di Jakarta? Yang berbeda adalah masanya. Masa di mana Ahok telah lebih dulu melakukan penutupan terhadap Kali Jodo; masa di mana Ahok telah lebih dulu menutup Stadium. Saat ini adalah masa Anies untuk membuktikan janji kampanyenya.

Perang terhadap dunia remang-remang yang terselubung, diakui Ahok memang tidak mudah. Begitulah yang ditulis Metrotivinews apalagi yang terjadi dibalik penyalahagunaan izin usaha. Betapapun demikian, penyelidikan terus dilakukan pada masa Ahok. Ia sudah mengantongi nama-nama tempat usaha yang diduga menyalahi izin, dan disampaikan pula ke publik. Kendati demikian, ia perlu mendapatkan bukti kuat. Ahok lebih memilih "sekali tembak mati tempat". Itulah yang terlihat dari gaya Ahok menutup tempat usaha yang menyalahi izin.

Anies telah membuktikan bahwa Alexis bisa ditutup. Sebagaimana slogan Anies-Sandi "Salam Bersama", penundaan izin Alexis adalah buah dari laporan warga, buah dari keluhan warga, buah dari pemberitaan warga. Begitulah kira-kira dasar Anies menunda izin usaha Alexis. Pernyataan Anies dikutip di berbagai media adalah selalu menyatakan dirinya tegas. Jika ditelusuri lebih jauh, tegasnya Ahok adalah melawan prostitusi, tegasnya Anies adalah membuktikan janji kampanye "Alexis".

Strategi 'perang' terhadap Jakarta Undercover

Strategi Ahok adalah dengan melakukan penyelidikan rahasia. Ahok pernah menyebutkan bahwa lantai 7 Alexis adalah "surga dunia", tetapi membuktikannya tidaklah mudah. Banyak sandi yang digunakan sehingga tidak mudah bagi orang baru memasuki dan sampai ke "surga dunia". Jika hasil penyelidikan terbukti menyalahi aturan maka cara yang dilakukan adalah dengan memberi surat teguran, atau pidana terhadap orang. Selanjutnya, tempat yang dulunya sarang prostitusi diubah menjadi ruang terbuka hijau. Ini bisa terjadi karena sudah diselidiki aktivitasnya dan dibuktikan sesuai dengan yang direncanakan.

Berbeda dengan Ahok, Anies menggunakan data dari masyarakat. Begitulah yang disampaikan dalam jumpa pers. Dengan begitu, masyarakat yang memberi laporan adalah masyarakat yang punya akses atau bisa sampai ke "surga dunia". Mungkin dengan bukti itu, Anis mengambil sikap.  Dikeluarkannya surat penundaan izin usaha, dianggap sama dengan menutup Alexis.

Penundaan izin usaha Alexis dengan mudah dilakukan karena bertepatan dengan masa izin yang sudah berakhir. Itupun sudah ditunda oleh pemerintahan sebelumnya. Pada saat pemerintahan Anies-lah Alexis dinyatakan "Belum dapat diproses"  . Di sini masih terbuka peluang negosiasi betapapun surat audiens pihak Alexis belum direspon Pemprov DKI.

Perbedaan sikap kedua pemimpin ini bukan pada keras dan lunak, atau tank dan surat. Perbedaannya adalah Ahok memilih tidak berkata "tegas" tetapi "sekali tembak mati", Anies memilih berkata "tegas" tetapi "perlu diplomasi". Begitulah kira-kira sikap kedua pemimpin dalam bingkai Jakarta Undercover.

*) Penulis adalah salah satu pemuda yang tinggal di wilayah terdepan Indonesa, Wetar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun