Pendeta berkata, "Jika bukan karena beliau, Allah tidak akan menciptakan langit dan bumi, beserta isinya. Tanpa beliau, Allah tidak akan menciptakan Nabi Adam, para nabi, dan rasul. Muhammad adalah pemimpin para nabi dan rasul, serta nabi terakhir. Kamu akan memeluk agama Islam yang dibawanya."
"Pada masa depan, kamu akan menjadi orang yang paling dapat dipercaya olehnya dan akan menggantikan kepemimpinannya. Inilah makna dari mimpimu," tutup pendeta. "Aku mempelajari ciri-ciri dan sifat-sifat Muhammad dari kitab Taurat, Injil, dan Zabur. Aku sudah mengikuti agamanya, hanya saja aku menyembunyikannya"
Setelah mendengar penjelasan pendeta tentang sifat-sifat Nabi, Abu Bakar merasa tergerak dan merindukan untuk bertemu Nabi di Mekah. Begitu sampai di sana, Abu Bakar segera mencari Nabi dan berhasil bertemu dengannya. Sejak saat itu, Abu Bakar semakin mencintai Nabi dan tidak pernah ingin berpisah.
Kehidupan Abu Bakar terus berlanjut dengan keadaan hati yang demikian hingga suatu hari Nabi bertanya, "Wahai Abu Bakar, setiap hari kamu datang mengunjungiku, sering kali duduk bersamaku. Mengapa kamu belum masuk Islam?" Abu Bakar menjawab, "Jika kamu sungguh seorang nabi, pastilah kamu akan memiliki mukjizat." Nabi menegaskan, "Bukankah mukjizat yang kamu alami dalam mimpi di Syam sudah cukup bagimu?Â
Mimpi itu bahkan ditafsirkan oleh seorang pendeta Nasrani yang sudah menyatakan keislamannya?" Setelah mendengar kata-kata Nabi, Abu Bakar bersumpah, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa kamu adalah utusan Allah."
Ketiga, dalam kitab al-Mawaidz al-Usfuriyah, Syaikh Muhammad bin Abi Bakar mencatat hadits Nabi yang berasal dari Abu Dzar al-Ghifari. Abu Dzar bertanya kepada Nabi, "Ya Rasulullah, ajarkanlah aku satu perbuatan yang akan mendekatkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari neraka."
Nabi menjawab, "Jika kamu melakukan perbuatan buruk, ikutilah dengan perbuatan baik." Abu Dzar bertanya lagi, "Apakah kalimat 'Laa ilaaha illa Allah' termasuk perbuatan baik itu?" Nabi menjawab, "Benar, bahkan kalimat tersebut adalah yang terbaik di antara yang baik."
Keempat, bersumber dari Abu Hurairah, dia mengaku mendengar Nabi bersabda, "Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga". Para sahabat bertanya, "Engkau juga tidak wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah" (HR. Bukhari).
Dari sudut pandang pendidikan, ada empat tujuan retorika yang diperkenalkan, yaitu korektif, instruktif, sugestif, dan defensif. Keempatnya dapat diterapkan untuk mencapai tujuan dakwah yang disebutkan sebelumnya.
Secara ringkas, tujuan retorika dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu berdasarkan konten, metode, dan pendidikan. Semua ini dianggap dapat membantu mencapai tujuan dakwah, yang meliputi amar makruf dan nahi mungkar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H