Mohon tunggu...
Maulidya Dian Nugraha
Maulidya Dian Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang Mahasiswi yang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Program Studi Jurnalistik, suka membaca buku bergenre fiksi, terkadang suka menulis untuk mengutarakan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Tujuan Retorika Dakwah

29 Juni 2024   11:18 Diperbarui: 29 Juni 2024   11:26 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian selanjutnya ada pada sural Ali Imran ayat 104 yang artinya, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Ali Imran/3:104)

Nabi juga meriwayatkan sebuah hadis yaitu, "Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim).

Dalam retorika, terdapat tiga tujuan dari segi isi pesan yang disampaikan: informatif, persuasif, dan rekreatif. Selain itu, bisa ditambahkan tujuan edukatif dan advokatif. Kelima tujuan ini relevan dalam konteks dakwah, seperti amar ma'ruf dan nahi mungkar, yang mencakup aspek informatif, persuasif, rekreatif, edukatif, dan advokatif.

Dari segi cara menyampaikan pesan, retorika memiliki minimal dua tujuan: monologika dan dialogika. Monologika berfokus pada gaya bicara searah, seperti dalam pidato, ceramah, atau khutbah. Sementara dialogika menekankan gaya bicara dua arah, seperti yang sering digunakan dalam dakwah Nabi.

Dalam dakwah Nabi, banyak riwayat yang menunjukkan pendekatan dialogis. Dalam kitab Fathush Shamad, terdapat sebuah hadits dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa dalam suatu perjalanan, kami bersama Rasulullah. Tiba-tiba, seorang Arab pedalaman mendekat ke arah Nabi. Rasulullah memulai dialog dengan bertanya, "Wahai kisanak, kamu hendak kemana?" Orang tersebut menjawab bahwa ia hendak pulang ke keluarganya. Rasulullah melanjutkan dengan bertanya, "Apakah kisanak menginginkan kebaikan?" Orang tersebut balik bertanya, "Apakah itu?"

Nabi menjelaskan bahwa "kamu harus bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya" Namun, orang tersebut meminta bukti " Siapa saja yang bersaksi kepadamu untuk (membenarkan) hal tersebut. Dengan cepat, Nabi menjawab bahwa pohon atau buah di sekitar mereka akan bersaksi.

Sebuah pohon yang berada di tepi jurang mendekat ke arah Nabi atas perintah Allah, kemudian Nabi bersyahadat tiga kali, lalu pohon tersebut juga bersyahadat seperti yang dilakukan Nabi. Setelah itu, pohon kembali ke tempat asalnya setelah bersyahadat.

Kedua, dalam kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah, Syaikh Muhammad bin Abi Bakar mencatat bahwa keislaman Abu Bakar dimulai dari sebuah mimpi saat dia berada di Syam (kini Syiria). Dalam mimpinya, Abu Bakar melihat matahari dan bulan di dalam kamarnya. 

Dia merengkuh matahari dan bulan dengan tangannya dan mengikatnya dengan surbannya agar tidak pergi. Setelah terbangun, Abu Bakar segera pergi menemui seorang pendeta Nasrani yang masih beriman kepada tauhid untuk menanyakan makna mimpinya.

Di hadapan pendeta tersebut, Abu Bakar menceritakan secara detail tentang mimpi yang dialaminya Setelah itu, Abu Bakar meminta pendeta itu untuk menjelaskan arti dari mimpi tersebut. Pendeta itu mulai bertanya, "Kamu berasal dari mana?" Abu Bakar menjawab bahwa ia berasal dari "Mekah". Pendeta tersebut kemudian bertanya lagi, "Dari suku apa kamu?" Abu Bakar menjawab "dari suku Taymin".

Pendeta itu tidak berhenti di situ dan melanjutkan dengan bertanya, "Apa pekerjaanmu?" Abu Bakar menjawab "berdagang" mendapatkan jawaban-jawaban tersebut, pendeta itu menyatakan, "Pada masa kamu ini, akan datang seorang laki-laki dari keturunan Bani Hasyim yang bernama Muhammad al-Amin. Dia akan menjadi nabi terakhir zaman ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun