Mohon tunggu...
Maulidina Yulis Rohimah
Maulidina Yulis Rohimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hobi saya bermain catur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bermain dan Belajar pada Anak Usia Dini

19 November 2023   21:28 Diperbarui: 19 November 2023   21:34 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak-anak pada usia dini mempunyai kesempatan unik untuk mempelajari hal-hal yang jelas berbeda dengan orang dewasa. Anak pada dasarnya belum memahami bahwa apa yang dilakukannya sambil bermain merupakan hal yang dianggap orang tuanya sebagai kegiatan belajar.  Bermain sambil belajar merupakan kegiatan yang disukai anak usia dini  tanpa dipaksa, namun terdapat pola yang diharapkan dapat membawa keberhasilan tumbuh kembang anak. Bermain juga merupakan cara bagi anak-anak untuk mengeluarkan energi luar biasa mereka dan menemukan hal-hal baru yang belum mereka ketahui sebelumnya  dengan cara yang menyenangkan.

Ada dua pemikiran umum tentang bagaimana  permainan dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir divergen. Yang pertama adalah asumsi bahwa bermain, karena sifatnya yang eksperimental dan fleksibel, berkontribusi terhadap pengembangan keterampilan berpikir. Keuntungan dari permainan yang bersifat eksperimental ini  adalah bahwa permainan ini membekali anak-anak dengan beragam keterampilan dan reaksi, dengan pendekatan yang fleksibel  untuk memecahkan tantangan dan masalah berpikir yang berbeda secara efektif.

Cara belajar anak memiliki beberapa karakter khusus yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: Belajar melalui gerakan reflek dan aktifitas tubuhnya, Belajar memerankan perasaan dan hati nuraninya,  Mari belajar sambil bermain, Belajar melalui komunikasi, interaksi, dan sosialisasi,  Belajar dari lingkungan,  Belajar memenuhi hasrat dan kebutuhan.

Setiap pelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar tentang perilaku dan kebiasaan anak usia dini yang tercantum di atas. Proses pembelajaran yang  dilakukan hendaknya mengikuti prinsip-prinsip  berikut: 

1. Mulailah dengan sesuatu yang spesifik dan sederhana. Pembelajaran  usia dini perlu disesuaikan dengan masa perkembangan anak usia dini belum mampu menerima dan memahami abstraksi, sehingga metode menjelaskan dan menyampaikan pemahaman harus realistis dan sederhana. 

2. Dapatkan pengalaman dan wawasan baru sambil terhubung dengan apa yang sudah diketahui anak. Pengenalan dan pengakuan. Mengenali dan mengakui peran anak sangat penting dalam mendorong inisiatif dan partisipasi aktif anak dalam pembelajaran. 

3. Menantang. Aktivitas pembelajaran yang dirancang harus menantang anak untuk mengembankan pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya. Bila anak mampu menyelesaikan tantangan pertama, maka dapat diberikan tantangan berikutnya agar tidak membosankan. 

4. Bermain dan permainan. Belajar melalui bermain dan permainan dapat memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, berimprovisasi, berkreasi, mengekspresikan perasaan, dan belajar secara menyenangkan. 

5. Alam sebagai sumber belajar. Alam merupakan sumber belajar yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuan dan pemahamannya. Anak diajarkan dapat membangun ikatan emosional di antara teman-temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta memengaruhi memori dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang dipelajari. 

6. Sensori. Pengetahuan apapun yang diperoleh anak-anak dari lingkungan yaitu melalui sensorinya. Baik itu merasakan, penciuman, pendengaran, maupun penglihatannya. Bagaimana perkembangan sensorinya akan berkembang dengan baik, yaitu dengan memberikan stimulus yang baik dan optimal kepada anak-anak tersebut. 

7. Belajar membekali keterampilan hidup. Belajar harus dapat membekali anak untuk memiki ketrampilan hidup (life skill) sesuai dengan kemampuan masingmasing. Dengan demikian, anak belajar untuk memiliki kemandirian dan rasa tanggung jawab terhadap dirinya. 

8. Fokus pada proses. Yang terpenting di sini adalah bagaimana anak-anak berproses dalam belajar. Fokus pada bagaimana anak-anak itu berproses pada belajar, bersosialisasi, dan berfikirnya.

Suatu produk atau hasil merupakan hal untuk bahan evaluasi agar menjadi lebih baik Secara keseluruhan bermain bagi anak mempunyai manfaat yang besar, selain manfaat pada lima aspek perkembangan anak. Yaitu sebagai berikut: Bermain memicu kreativitas, Bermain bermanfaat mencerdaskan otak, Bermain bermanfaat menanggulangi konflik, Bermain bermanfaat untuk melatih empati, Bermain Bermanfaat Mengasah Pancaindra.  Perkembangan otak tersebut terdiri dari enam domain perkembangan yang tercantum dalam Permendikbud No.137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni.

Namun demikian secara umum anak usia dini memiliki karakteristik yang relatif serupa antara satu dengan lainnya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :Anak Usia Dini Bersifat Unik , Anak Usia Dini Berada Dalam Masa Potensial, Anak Usia Dini Bersifat Relatif Spontan , Anak Usia Dini Cenderung Ceroboh dan Kurang Perhitungan , Anak Usia Dini Bersifat Aktif dan Energik , Anak Usia Dini Bersifat Egosentris, Anak Usia Dini Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Kuat, Anak Usia Dini Berjiwa Petualang, Anak Usia Dini Memiliki Imajinasi dan Fantasi yang Tinggi. Prinsip pembelajaran pada anak usia dini melibatkan pendekatan yang bersifat holistik, bermain sebagaim metode utama, pengalaman langsung, pengembangan keterampilan sosial, dan mendukung keingintahuan alami anak.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran  anak usia dini. Mengingat masih banyak anak usia dini yang tidak terlayani dalam sektor pendidikan, maka perlu mempertimbangkan jalur pendidikan anak usia dini informal dengan alasan sebagai berikut: Pendidikan anak usia dini informal menjangkau anak-anak,  Sejak usia relatif muda/anak usia dini, pendidikan anak usia dini informal dapat menjangkau anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi yang relatif rendah, Pendidikan anak usia dini yang informal, meskipun minim, dapat mempersiapkan anak untuk bersekolah.

Referensi :

Nuraeni, Nuraeni. "Strategi pembelajaran untuk anak usia dini." Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu Dan Pembelajaran Matematika Dan IPA IKIP Mataram 2.2 (2014): 143-153.

Setyaningrum, Sari Rahayu, Triyanti Triyanti, and Yvonne Magdalena Indrawani. "Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini dengan perkembangan kognitif pada anak." Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal) (2014): 243-249.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun